Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi di Rengasdengklok?

Kompas.com - 11/08/2022, 20:34 WIB
Tri Indriawati

Penulis

KOMPAS.com - Peristiwa Rengasdengklok sering kali disebut sebagai salah satu momen penting dalam sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa ini ditandai dengan penculikan dua tokoh bangsa Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, oleh golongan muda pada 16 Agustus 1945.

Golongan muda menculik Soekarno dan Hatta demi mendesak dua tokoh bangsa itu agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Tokoh yang Mengusulkan Teks Proklamasi Ditandatangani Soekarno-Hatta

Namun, apa yang sebenarnya terjadi di Rengasdengklok? 

Tidak ada perundingan di Rengasdengklok

Selama ini, Peristiwa Rengasdengklok selalu ditafsirkan memiliki andil penting menjelang kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Di kota kecamatan Kabupaten Karawang itu, disebut telah terjadi sebuah perundingan antara golongan tua dan golongan muda terkait proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Namun, kenyataan lain diungkapkan Mohammad Hatta yang turut diculik ke Rengasdengklok.

Dalam Legende dan Realitet Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dimuat di Mimbar Indonesia edisi 17 Agustus 1951 Nomor 32/33, Hatta menulis bahwa tidak ada perundingan yang terjadi di Rengasdengklok.

"Di Rengasdengklok tidak ada perundingan suatupun. Di sana kami menganggur satu hari lamanja, seolah-olah mempersaksikan dari djauh gagalnja suatu tjita-tjita jang tidak berdasarkan realitet," tulis Hatta dalam ejaan lama.

Baca juga: Kisah di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Perampasan kekuasaan di Rengasdengklok

Meski tidak ada perundingan, Hatta menyatakan, Rengasdengklok merupakan satu-satunya daerah yang terjadi perampasan kekuasaan Jepang oleh tentara Pembela Tanah Air (Peta).

"Tetapi kalau ada satu tempat di Indonesia di mana betul-betul ada perampasan kekuasaan, tempat itu ialah Rengasdengklok," tulis Hatta menjelaskan.

"Atas andjuran Sukarni atau dari Djakarta, pasukan Peta di sana menangkap dan menawan Wedana jang berkuasa di sana beserta dua atau tiga orang Djepang 'Sakura' jang mengurus hal beras." 

"Kebetulan pula hari itu Sutardjo Kartohadikusumo, jang pada waktu itu menjadi Sutjokan Djakarta, singgah di Rengasdengklok untuk memeriksa keadaan persediaan beras, dan ia ikut ditawan."

Lebih lanjut, Hatta menjelaskan perampasan kekuasaan yang terjadi di Rengasdengklok pun berjalan dengan aman dan tenteram, sehingga tidak banyak dibicarakan dalam sejarah Indonesia.

"Coup d'tat ini terjadi dalam keadaan aman dan tenteram, sehingga tidak banyak jang mengetahui," tulis Hatta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com