Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa yang Terjadi di Rengasdengklok?

KOMPAS.com - Peristiwa Rengasdengklok sering kali disebut sebagai salah satu momen penting dalam sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa ini ditandai dengan penculikan dua tokoh bangsa Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, oleh golongan muda pada 16 Agustus 1945.

Golongan muda menculik Soekarno dan Hatta demi mendesak dua tokoh bangsa itu agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun, apa yang sebenarnya terjadi di Rengasdengklok? 

Tidak ada perundingan di Rengasdengklok

Selama ini, Peristiwa Rengasdengklok selalu ditafsirkan memiliki andil penting menjelang kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Di kota kecamatan Kabupaten Karawang itu, disebut telah terjadi sebuah perundingan antara golongan tua dan golongan muda terkait proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Namun, kenyataan lain diungkapkan Mohammad Hatta yang turut diculik ke Rengasdengklok.

Dalam Legende dan Realitet Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dimuat di Mimbar Indonesia edisi 17 Agustus 1951 Nomor 32/33, Hatta menulis bahwa tidak ada perundingan yang terjadi di Rengasdengklok.

"Di Rengasdengklok tidak ada perundingan suatupun. Di sana kami menganggur satu hari lamanja, seolah-olah mempersaksikan dari djauh gagalnja suatu tjita-tjita jang tidak berdasarkan realitet," tulis Hatta dalam ejaan lama.

Perampasan kekuasaan di Rengasdengklok

Meski tidak ada perundingan, Hatta menyatakan, Rengasdengklok merupakan satu-satunya daerah yang terjadi perampasan kekuasaan Jepang oleh tentara Pembela Tanah Air (Peta).

"Tetapi kalau ada satu tempat di Indonesia di mana betul-betul ada perampasan kekuasaan, tempat itu ialah Rengasdengklok," tulis Hatta menjelaskan.

"Atas andjuran Sukarni atau dari Djakarta, pasukan Peta di sana menangkap dan menawan Wedana jang berkuasa di sana beserta dua atau tiga orang Djepang 'Sakura' jang mengurus hal beras." 

"Kebetulan pula hari itu Sutardjo Kartohadikusumo, jang pada waktu itu menjadi Sutjokan Djakarta, singgah di Rengasdengklok untuk memeriksa keadaan persediaan beras, dan ia ikut ditawan."

Lebih lanjut, Hatta menjelaskan perampasan kekuasaan yang terjadi di Rengasdengklok pun berjalan dengan aman dan tenteram, sehingga tidak banyak dibicarakan dalam sejarah Indonesia.

"Coup d'tat ini terjadi dalam keadaan aman dan tenteram, sehingga tidak banyak jang mengetahui," tulis Hatta.

"Mungkin seorang juris jang tadjam pandangannja akan bertanja: Untuk siapa dan atas nama siapa Peta itu merebut kekuasaan setempat? Untuk dan atas nama Indonesia Merdeka? Indonesia? Indonesia Merdeka pada hari itu belum lahir. Pemerintah revolusioner pun belum ada!"

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Kendati Hatta mengungkapkan tidak ada perundingan yang terjadi di Rengasdengklok, peristiwa penculikan dua tokoh bangsa itu tetap menjadi bagian penting menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Soekarno dan Hatta dibawa dengan sukarela oleh golongan muda ke Rengasdengklok pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945.

Sebelum kedua tokoh itu dibawa ke Rengasdengklok, golongan muda yang dipimpin Chairul Saleh sudang mengadakan rapat di Pegangsaan Timur, Jakarta, pada 15 Agustus 1945.

Dalam rapat itu, golongan muda membahas terkait kapan Indonesia harus memproklamasikan kemerdekaan.

Golongan muda pun sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah keputusan rakyat Indonesia, bukan Jepang.

Kemudian, pada malam harinya, anggota dari golongan muda, Wikana dan Darwis, diutus menemui Soekarno dan Hatta untuk mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus 1945.

Wikana dan Darwis juga mengancam Seokarno dan Hatta, apabila pada 16 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan Indonesia belum dilakukan, maka akan terjadi pergolakan besar.

Namun, desakan Wikana dan Darwis tidak dituruti oleh Soekarno dan Hatta.

Dua tokoh golongan tua itu berpendapat bahwa pelaksanaan proklamasi  harus dirundingkan terlebih dahulu dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Mendengar hal itu, Wikana dan Darwis lantas kembali mengadakan rapat bersama dengan golongan muda di Jalan Cikini 71, Jakarta, pada malam hari tanggal 15 Agustus 1945.

Golongan muda kemudian memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk menjauhkan dua tokoh bangsa Indonesia itu dari pengaruh Jepang.

Setelah satu hari berada di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta kemudian kembali ke Jakarta dengan dijemput oleh Achmad Soebardjo.

Golongan muda dan golongan tua telah sepakat untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia selambat-lambatnya pada 17 Agustus 1945 pukul 12.00 WIB.

Pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta tiba di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jakarta, untuk mempersiapkan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Akhirnya, teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pun dibacakan oleh Soekarno pada pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.

Referensi:

  • Rengasdengklok. (n.d.). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
  • Suganda, Her. (2022). Peristiwa Rengasdengklok. Indonesia: Kiblat Buku Utama.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/11/203411079/apa-yang-terjadi-di-rengasdengklok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke