Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dewi Areni, Awal Mula Pohon Aren di Simalungun

Kompas.com - 06/08/2022, 08:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Tak lama setelah Dewi Areni kembali ke khayangan, di tempat terakhirnya berpijak di bumi, tumbuh sebatang pohon besar dan lurus, berdaun rindang dan berpelepah, seperti pohon kelapa.

Dari pelepah mayangnya yang seperti terpenggal, menetes air menyerupai air susu, yang langsung mengarah ke mulut Arena.

Berkat pohon tersebut, Arena merasakan air susu seperti air susu ibunya. Setelah meminum air itu, Arena tak lagi menangis.

Sejak saat itu, setiap Arena haus dan lapar, Mak Itam akan memberikan air dari pohon jelmaan Dewi Areni tersebut.

Arena menjadi putra mahkota

Beberapa tahun kemudian, Arena menjadi pemuda yang gagah dan tampan dengan wajah yang mirip Raja Purbajaya.

Sementara itu, pohon jelmaan Dewi Areni semakin banyak dan dibudidayakan oleh masyarakat kampung.

Airnya dapat diolah menjadi gula. Pohon tersebut kemudian dinamakan pohon aren dan kampungnya disebut Kampung Aren.

Raja Purbajaya kemudian menemui Pak Itam dan Mak Itam untuk mengambil Arena supaya di tempatkan di istana kerajaan.

Pada akhirnya, Raja Purbajaya mengangkat Arena menjadi putra mahkota kerajaan yang akan menggantikannya kelak.

 

Referensi:

  • Umri, Shafwan Hadi. (2003). Bunga Rampai Dongeng Sumatera Utara. Jakarta: Bagian Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com