Tak lama setelah Dewi Areni kembali ke khayangan, di tempat terakhirnya berpijak di bumi, tumbuh sebatang pohon besar dan lurus, berdaun rindang dan berpelepah, seperti pohon kelapa.
Dari pelepah mayangnya yang seperti terpenggal, menetes air menyerupai air susu, yang langsung mengarah ke mulut Arena.
Berkat pohon tersebut, Arena merasakan air susu seperti air susu ibunya. Setelah meminum air itu, Arena tak lagi menangis.
Sejak saat itu, setiap Arena haus dan lapar, Mak Itam akan memberikan air dari pohon jelmaan Dewi Areni tersebut.
Beberapa tahun kemudian, Arena menjadi pemuda yang gagah dan tampan dengan wajah yang mirip Raja Purbajaya.
Sementara itu, pohon jelmaan Dewi Areni semakin banyak dan dibudidayakan oleh masyarakat kampung.
Airnya dapat diolah menjadi gula. Pohon tersebut kemudian dinamakan pohon aren dan kampungnya disebut Kampung Aren.
Raja Purbajaya kemudian menemui Pak Itam dan Mak Itam untuk mengambil Arena supaya di tempatkan di istana kerajaan.
Pada akhirnya, Raja Purbajaya mengangkat Arena menjadi putra mahkota kerajaan yang akan menggantikannya kelak.
Referensi: