Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah Arie Hanggara?

Kompas.com - 28/07/2022, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Arie Hanggara adalah seorang anak kecil berusia enam tahun yang tewas pada 8 November 1984.

Arie meninggal setelah dianiaya sampai meninggal oleh ayahnya, Machtino, dan ibu tirinya, Sinta.

Besarnya kasus tentang Arie Hanggara pun sampai diangkat menjadi sebuah film bertajuk Arie Hanggara, yang diproduksi oleh PT Tobali Indah Film pada 1985.

Baca juga: Tragedi Kebakaran Mal Klender 1998

Biografi singkat

Arie Hanggara lahir di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 21 Desember 1977.

Ia merupakan anak kedua dari pasangan Machtino Eddiwan dengan istri pertamanya, Dahlia Nasution.

Menurut riwayat, Machtino dan Dahlia menikah pada 1975, dan dikaruniai dua orang anak.

Akan tetapi, ternyata pernikahan keduanya tidak berjalan dengan baik.

Sering sekali mereka berpindah-pindah rumah dan Machtino sendiri kerap berganti pekerjaan.

Dahlia pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya pada 1981, dan bercerai dengan Machtino pada 1982.

Setelah cerai, Machtino pun diketahui memiliki hubungan khusus dengan seorang perempuan bernama Santi, yang disebut-sebut merupakan teman dari Dahlia.

Sama seperti sebelumnya, menurut pengamatan tetangga, hubungan Machtino dan Santi juga tidak serasi, keduanya didapati kerap bertengkar.

Pada 1984, mencuat sebuah berita menyedihkan tentang tewasnya Arie Hanggara, anak kedua dari Machtino secara tragis.

Menurut berita, Arie Hanggara tewas di tangan sang ayah dalam kondisi babak belur.

Baca juga: Tragedi Cikini 1957, Upaya Pembunuhan Soekarno

Kronologi

Menurut kabar yang beredar, Arie Hanggara memang sudah cukup lama disiksa oleh sang ayah dan ibu tirinya, Santi.

Namun, penyiksaan berat mulai terjadi pada tanggal 14 Agustus 1984, di mana Machtino menemukan sejumlah uang Rp 8.500 di dalam tas sekolah milik Arie.

Padahal, Machtino mengatakan bahwa ia tidak pernah memberi Arie uang sebanyak itu.

Saat itu, Arie memang mengaku mengambil uang itu dari dalam tas temannya.

Akan tetapi, setelah salah seorang ibu guru Arie menanyakan ternyata tidak ada satu orang pun yang merasa kehilangan uang.

Mengetahui hal ini, Machtino diketahui langsung memukul dan menghukum Arie.

Kejadian kedua terjadi pada tanggal 3 November, di mana kembali ditemukan uang sejumlah Rp 8.000 di dalam tas Arie.

Di kejadian kali ini Machtino dan Santi sudah sangat naik pitam.

Seketika itu juga Arie langsung dihajar menggunakan gagang sapu dari tangan Machtino sendiri.

Disebutkan juga bahwa Santi dengan teganya membenturkan kepala Arie ke tembok.

Keesokan harinya, Arie masih dihukum dengan mengangkat kedua tangannya dalam kondisi terikat dan menghadap tembok.

Tragisnya lagi, makan dan minum Arie juga dijatah.

Menurut catatan kepolisian, Arie pada waktu itu hanya diperbolehkan minum pukul 14.00 WIB dan hanya diberi makan pada pukul 20.00 WIB.

Belum berhenti di situ, pada tanggal 5-7 November, Arie tidak diperbolehkan masuk sekolah.

Bahkan, pada tanggal 7 November malam, Arie kembali mendapat siksaan yang tak kunjung usai.

Sejak pukul 20.00, Arie disuruh berdiri menghadap tembok kamar mandi dan diperintahkan jongkok-berdiri secara bergantian.

Jika tidak sanggup, Arie akan langsung dihajar.

Sampai ayahnya pergi tidur, Arie masih harus melakukan hukuman tersebut.

Akan tetapi, nahasnya, sekitar tengah malam, sang ayah yang terbangun langsung murka begitu melihat Arie sudah duduk di kursi.

Arie kemudian langsung dipukuli menggunakan gagang sapu secara bertubi-tubi.

Baca juga: Tragedi Trisakti: Latar Belakang, Kronologi, dan Korban Penembakan

Arie Hanggara tewas

Sekitar pukul 03.00 dini hari, Arie yang sudah tidak sanggup menahan sakit terjatuh dan pingsan.

Machtino pun langsung bergegas membawa Arie ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Sayangnya, selama di perjalanan menuju ke rumah sakit, ternyata Arie sudah tidak bernyawa.

Sesampainya di rumah sakit, Machtino mengatakan bahwa putranya ini mengalami kecelakaan lalu lintas.

Namun, setelah melihat luka memar yang ada pada tubuh Arie, pihak rumah sakit curiga bahwa Arie tewas bukan karena kecelakaan, melainkan akibat siksaan fisik.

Pihak rumah sakit pun segera menghubungi kepolisian.

Keesokan harinya, tanggal 9 November 1984, ketika hendak mengambil jenazah Arie di kamar mayat, Machtino ditangkap.

Sewaktu diperiksa, Machtino baru mengakui bahwa Arie tewas karena penganiayaan yang telah ia lakukan selama berhari-hari.

Masih di hari yang sama, jenazah Arie disemayamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.

Di samping kanan-kiri nisan Arie ada sebuah tulisan “Maafkan Papa” dan “Maafkan Mama.”

Disebutkan bahwa tulisan itu dibuat sendiri oleh Machtino dan Santi setelah keduanya bebas.

Baca juga: Tragedi Munich 1958, Sejarah Kelam Manchester United

Vonis hukuman untuk Machtino

Machtino langsung menjalani proses persidangan dan dinyatakan bersalah.

Ia dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sedangkan Santi yang juga dinyatakan bersalah divonis hukuman selama tiga tahun penjara.

Hukuman Santi memang jauh lebih ringan karena dalam kasus ini ia dianggap hanya membantu Machtino menyiksa Arie Hanggara.

Tidak diketahui ke mana ayah dan ibu tiri Arie Hanggara kini.

 

Referensi:

  • Pusat Data dan Analisa Tempo. (2019). Kisah Arie Hanggara dan Kekerasan Terhadap Anak. Pusat Data dan Analisa Tempo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com