Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amangkurat III, Raja Mataram yang Meninggal di Sri Lanka

Kompas.com - 27/07/2022, 19:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Amangkurat III merupakan pemimpin Mataram Islam yang memerintah sejak 1703 hingga 1705.

Amangkurat III merupakan anak dari Amangkurat II. Ia memiliki nama asli Raden Mas Sutikna atau Sunan Mas.

Masa pemerintahan Amangkurat III sangat singkat karena saat itu terjadi perselisihan dengan pamannya, yakni Pangeran Puger atau Pakubowono I.

Konflik dengan Pangeran Puger ini kemudian menimbulkan perang yang dikenal dengan Perang Suksesi Jawa I.

Baca juga: Bukti Mataram adalah Kerajaan Maritim di Nusantara

Silsilah Amangkurat II

Amangkurat II yang memerintah sejak 1677 hingga 1703, hanya memiliki seorang anak bernama Raden Mas Sutikna.

Raden Mas Sutikna memiliki nama lain Sunan Mas. Ia mendapat julukan Pangeran Kencet karena menderita sakit di bagian tumit.

Pada 1703, Amangkurat II meninggal dunia. Kemudian, Raden Mas Sutikna pun diangkat sebagai pemimpin Mataram dengan gelar Amangkurat III.

Konflik dengan Pangeran Puger

Penunjukan Amangkurat III sebagai penerus Amangkurat II menuai polemik di dalam keluarga kerajaan.

Sebagian besar rakyat dan pejabat kerajaan meyakini bahwa yang layak memimpin Mataram adalah Pangeran Puger, adik dari Amangkurat II.

Namun, sebagai satu-satunya anak laki-laki Amangkurat II, Raden Mas Sutikna tetap naik takhta Mataram.

Era pemerintahan Amangkurat III banyak dihabiskan dengan konflik dengan Pangeran Puger.

Sementara itu, dukungan terhadap Pangeran Puger untuk naik takhta mengalir deras dari berbagai kalangan.

Hal ini membuat resah Amangkurat III. Ia kemudian menceraikan Raden Ayu Himpun dan mengangkat permaisuri baru. Raden Ayu Himpun merupakan putri dari Pangeran Puger.

Setelah itu, anak Pangeran Puger yang bernama Raden Suryakusuma memberontak kepada Amangkurat III.

Amangkurat III yang ketakutan kemudian mengurung Pangeran Puger sekeluarga.

Namun, pada akhirnya, Pangeran Puger dan keluarganya dibebaskan setelah dibujuk oleh Patih Sumabrata.

Pada 1704, Amangkurat III mengirim utusan untuk memburu Pangeran Puger.

Akan tetapi, usaha tersebut gagal karena Pangeran Puger terlebih dahulu melarikan diri ke Semarang.

Pecah Perang Suksesi Jawa I

Di Semarang, Pangeran Puger meminta bantuan VOC. Hal itu disanggupi VOC dengan diangkatnya Pangeran Puger sebagai pemimpin Mataram dengan gelar Pakubuwana I.

Selain mendapat bantuan VOC, Pangeran Puger juga mendapat dukungan dari Cakraningrat II dari Madura.

Pada 1705, pasukan gabungan dari VOC, Madura, dan Pangeran Puger menyerang Kartasura yang diduduki Amangkurat III.

Baca juga: Meninggalnya Sultan Agung, Raja Terbesar Kesultanan Mataram

Hal itu merupakan awal dari Perang Suksesi Jawa I antara Pengeran Puger dengan Amangkurat III.

Selain itu, mundurnya Amangkurat III dari Kartasura diyakini sebagai akhir dari kepemimpinannya atas Mataram.

Akhir pemerintahan Amangkurat III

Setelah Kartasura dikuasai oleh Pangeran Puger, Amangkurat III kemudian melarikan diri ke Ponorogo.

Dalam pelarian itu, Amangkurat III membawa segenap pusaka keraton.

Sementara itu, Pasuruan yang saat itu dikuasai oleh Untung Surapati, mengirim bantuan untuk melindungi Amangkurat III.

Pada tahun 1706, pecah perang di Bangil antara pasukan gabungan Amangkurat III melawan Pangeran Puger.

Dalam pertempuran tersebut, Untung Surapati yang berada di pihak Amangkurat III, meninggal dunia.

Setelah itu, sepanjang 1706 hingga 1707, Amangkurat mengalami penderitaan karena diburu pasukan Pangeran Puger.

Amangkurat III kemudian berpindah-pindah tempat demi lepas dari buruan Pangeran Puger.

Ia pindah tempat dari Malang, Blitar, Kediri, dan akhirnya menyerah di Surabaya pada 1708.

Meninggal dunia

Setelah menyerahkan diri di Surabaya, Amangkurat III kemudian ditahan oleh VOC.

Amangkurat III kemudian dijebloskan ke dalam penjara di Batavia.

Setelah dari Batavia, Amangkurat III kemudian dipindahkan ke Sri Lanka oleh VOC hingga meninggal dunia.

Amangkurat III meninggal dunia pada tahun 1734.

 

Referensi:

  • Ricklefs, M.C. (2007). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com