Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rakyat Legenda Kerajaan Cahlang

Kompas.com - 17/07/2022, 18:21 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Namun, Cah Saiman tidak menghiarukan bujukan Tuanku Gampong, hingga dayang Putri Nini ikut turun tangan membujuk Cah Saiman.

Cah Saiman kemudian justu memenjarakan dayang Putri Nini di penjara bawah tanah.

Baca juga: Cerita Malin Kundang, Kutukan Seorang Ibu pada Anaknya yang Durhaka

Putri Nini menikah

Sementara itu, para utusan yang mencari Gama Dewa tidak menemukannya.

Para utusan hanya bertemu seorang utusan dari Kerajaan Dewa untuk mempertemukan mereka dengan Teuku Marali.

Setelah mendapatkan laporan tersebut, Teuku Marali dengan permaisurinya dan Putri Nini pergi ke Sumur Muara Tujuh untuk bertemu utusan Kerajaan Dewa.

Selain itu, Patih Tuanku Gampong juga ikut. Cah Saiman yang berada di Tampuh ikut ke Sumur Muara Tujuh.

Mereka semua kemudian bertemu dengan patih Kerajaan Dewa dan membicarakan masalah Kerajaan Tampuh dan lamaran Cah Saiman.

Ketika sedang berdiskusi, tiba-tiba muncul Gama Dewa dengan pakaian yang mengkilat.

Gama Dewa terlihat gagah dan anggun setelah membersihkan dirinya dengan air suci.

Tuanku Patih Kerajaan Dewa kemudian memberikan nasihat keagamaan terhadap para hadirin.

Cah Saiman juga diberi nasihat supaya tidak berbuat sewenang-wenang. Namun, Cah Saiman marah dan mencabut rencongnya untuk membunuh Tuanku Patih.

Usaha tersebut gagal dan tubuh Cah Saiman justru kaku tidak bisa bergerak.

Meski begitu, Tuanku Patih Kerajaan Dewa percaya bahwa Cah Saiman masih bisa berbuat baik. Ia lalu dibebaskan.

Setelah normal kembali, Cah Saiman malah membunuh raja Teuku Marali dan permaisurinya.

Cah Saiman kemudian ditangkap dan akan diadili. Namun, sebelum diadili, Cah Saiman terlebih dahulu bunuh diri.

Akhirnya, Putri Nini dan Gama Dewa menikah. Mereka berdua kemudian memindahkan pusat pemerintahan Tampuh di Sumur Muara Tujuh.

Kerajaan pun berganti nama menjadi Cahlang yang diambil dari kata cecah alang yang berarti 'memotong lalang'.

Hal itu disebabkan ketika membangun istana, orang harus membersihkannya lebih dahulu dari rumput lalang yang banyak tumbuh di tempat itu.

 

Referensi:

  • Danandjaja, James. (1993). Cerita Rakyat Dari Sumatera. Jakarta: Grasindo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com