Pertarungan gladiator Romawi menjadi kesempatan bagi kaisar dan bangsawan kaya untuk menunjukkan kekayaan mereka kepada rakyat.
Selain itu, pertarungan gladiator biasanya digelar untuk merayakan kemenangan militer, menandai kunjungan dari pejabat penting, merayakan ulang tahun, atau sekadar mengalihkan perhatian rakyat dari masalah politik dan ekonomi saat itu.
Pertarungan berdarah tentang hidup atau mati para gladiator justru menjadi daya tarik dan hiburan tersendiri bagi masyarakat Romawi Kuno.
Baca juga: Kerajaan Romawi: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan
Pertarungan gladiator terbesar dan paling diminati pada masa Romawi Kuno diselenggarakan di Colosseum.
Saat pertandingan berlangsung, sebanyak 30.000-50.000 penonton dari berbagai lapisan masyarakat bisa memadati Colosseum demi sebuah tontonan berdarah.
Colosseum menjadi tempat hewan liar dan eksotis diburu, tahanan dieksekusi dan dilempar ke singa yang menjadi bintang pertunjukan, serta unjuk keberanian para gladiator.
Secara hukum, gladiator dianggap sebagai properti, bukan manusia. Para gladiator bisa dibunuh atas kemauan siapa pun yang membayar pertarungan mereka.
Meski pertarungan gladiator identik dengan permainan saling bunuh, tetapi penelitian mengungkap bahwa gladiator tidak selalu berusaha untuk saling membunuh.
Sembilan dari sepuluh gladiator bahkan selamat dari pertandingan. Dalam pertarungan, gladiator yang kalah tidak langsung dibunuh. Mereka bisa menyerah dan memohon ampun.
Namun, apabila pertandingan mereka disaksikan kaisar, maka kaisar yang akan menentukan seorang gladiator yang kalah akan dibunuh atau tidak.
Baca juga: Runtuhnya Kekaisaran Romawi
Gladiator yang sering memenangkan pertarungan biasanya akan menjadi idola banyak orang dan populer di kalangan perempuan.
Salah satu nama gladiator paling terkenal dalam sejarah Romawi adalah Spartacus.
Pertandingan gladiator terus diselenggarakan hingga sekitar tahun 400. Sejalan dengan menyebarnya ajaran Kristen, Kaisar Honorius menutup tempat pelatihan gladiator.
Kaisar secara resmi melarang kontes gladiator setelah seorang biarawan menjadi korban ketika hendak menghentikan pertarungan.
Baca juga: Peninggalan Peradaban Romawi Kuno
Biasanya, gladiator datang dari kalangan budak atau pelaku kriminal, dan ada pula tahanan perang yang dipaksa untuk bertarung.