Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gladiator, Petarung Era Romawi Kuno

Kompas.com - 14/07/2022, 15:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Gladiator adalah petarung di zaman Romawi Kuno yang melakukan pertarungan untuk hiburan umum.

Pertarungan gladiator merupakan hiburan yang populer pada masa Republik Romawi (509 SM-27 SM) hingga Kekaisaran Romawi (31 SM-476 M).

Gladiator biasanya adalah seorang budak, tetapi ada pula sukarelawan yang mau mempertaruhkan nyawa untuk tampil di arena amfiteater atau gelanggang terbuka.

Secara hukum, gladiator dianggap sebagai properti, bukan manusia. Mereka bisa melawan gladiator lain, para pelaku kriminal, atau bahkan hewan buas.

Salah satu tempat gladiator bertarung yang paling terkenal adalah Colosseum di Roma, Italia.

Baca juga: Kekaisaran Romawi: Sejarah Berdirinya, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan

Asal-usul

Para sejarawan memiliki perbedaan pendapat terkait asal-usul gladiator maupun pertarungan gladiator.

Banyak yang meyakini bahwa pertarungan gladiator berasal dari tradisi Etruria, pendahulu bangsa Romawi di Italia.

Orang-orang Etruria menghubungkan pertarungan gladiator dengan ritus kematian, sehingga memiliki makna keagamaan tertentu.

Diyakini bahwa gladiator pertama adalah budak yang dibiarkan bertarung dengan senjata sampai mati, di pemakaman seorang bangsawan terkemuka bernama Junius Brutus Pera.

Pertarungan gladiator itu dimaksudkan untuk memberi "penjaga" bagi orang yang meninggal di alam berikutnya.

Setelah orang-orang Etruria dikalahkan oleh bangsa Romawi, pertarungan gladiator tetap dilaksanakan, meski dalam praktiknya banyak mengalami pergeseran.

Istilah gladiator sendiri berasal dari bahasa Latin "gladiatores", merujuk pada senjata utama mereka "gladius", yang artinya pedang pendek.

Baca juga: Sejarah Singkat Republik Romawi

Pertarungan gladiator era Romawi Kuno

Kontes gladiator pada masa Romawi pertama kali diselenggarakan pada 264 SM, untuk memperingati kematian seorang ayah.

Namun, dalam perkembangannya, pertarungan gladiator tidak lagi menjadi bagian prosesi pemakaman seseorang.

Pada periode Romawi Kuno, kontes gladiator identik dengan pertarungan berdarah untuk tujuan hiburan.

Pertarungan gladiator Romawi menjadi kesempatan bagi kaisar dan bangsawan kaya untuk menunjukkan kekayaan mereka kepada rakyat.

Selain itu, pertarungan gladiator biasanya digelar untuk merayakan kemenangan militer, menandai kunjungan dari pejabat penting, merayakan ulang tahun, atau sekadar mengalihkan perhatian rakyat dari masalah politik dan ekonomi saat itu.

Pertarungan berdarah tentang hidup atau mati para gladiator justru menjadi daya tarik dan hiburan tersendiri bagi masyarakat Romawi Kuno.

Baca juga: Kerajaan Romawi: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Pertarungan gladiator terbesar dan paling diminati pada masa Romawi Kuno diselenggarakan di Colosseum.

Saat pertandingan berlangsung, sebanyak 30.000-50.000 penonton dari berbagai lapisan masyarakat bisa memadati Colosseum demi sebuah tontonan berdarah.

Colosseum menjadi tempat hewan liar dan eksotis diburu, tahanan dieksekusi dan dilempar ke singa yang menjadi bintang pertunjukan, serta unjuk keberanian para gladiator.

Secara hukum, gladiator dianggap sebagai properti, bukan manusia. Para gladiator bisa dibunuh atas kemauan siapa pun yang membayar pertarungan mereka.

Meski pertarungan gladiator identik dengan permainan saling bunuh, tetapi penelitian mengungkap bahwa gladiator tidak selalu berusaha untuk saling membunuh.

Sembilan dari sepuluh gladiator bahkan selamat dari pertandingan. Dalam pertarungan, gladiator yang kalah tidak langsung dibunuh. Mereka bisa menyerah dan memohon ampun.

Namun, apabila pertandingan mereka disaksikan kaisar, maka kaisar yang akan menentukan seorang gladiator yang kalah akan dibunuh atau tidak.

Baca juga: Runtuhnya Kekaisaran Romawi

Gladiator yang sering memenangkan pertarungan biasanya akan menjadi idola banyak orang dan populer di kalangan perempuan.

Salah satu nama gladiator paling terkenal dalam sejarah Romawi adalah Spartacus.

Ilustrasi pertarungan gladiator pada masa Romawi Kuno.Wikimedia Commons Ilustrasi pertarungan gladiator pada masa Romawi Kuno.
Pertandingan gladiator terus diselenggarakan hingga sekitar tahun 400. Sejalan dengan menyebarnya ajaran Kristen, Kaisar Honorius menutup tempat pelatihan gladiator.

Kaisar secara resmi melarang kontes gladiator setelah seorang biarawan menjadi korban ketika hendak menghentikan pertarungan.

Baca juga: Peninggalan Peradaban Romawi Kuno

Sekolah gladiator

Biasanya, gladiator datang dari kalangan budak atau pelaku kriminal, dan ada pula tahanan perang yang dipaksa untuk bertarung.

Di samping itu, pernah ada seorang aristokrat yang bangkrut dan dipaksa mencari uang dengan menjadi gladiator.

Bahkan hingga sebelum tahun 200, perempuan juga diizinkan untuk bertarung sebagai gladiator.

Pada masa Romawi Kuno, ada sekolah gladiator khusus yang didirikan di seluruh kekaisaran.

Biasanya ada agen yang mengintai di seluruh kekaisaran untuk mencari orang yang potensial guna memenuhi permintaan yang terus meningkat dan mengisi sekolah pelatihan dengan gladiator yang hebat.

Kondisi di sekolah mirip dengan penjara, di mana terdapat sel kecil dan belenggu, tetapi makanannya lebih baik dan calon gladiator menerima perawatan medis, karena bagaimanapun mereka dianggap sebagai investasi.

Baca juga: Septimius Severus, Kaisar Romawi Pertama dari Afrika

Senjata gladiator

Selain pedang pendek yang disebut "gladius", gladiator juga menggunakan barbagai macam senjata lain.

Saat berlaga, mereka juga memakai baju zirah serta helm yang dibuat khusus dengan hiasan yang kaya motif dan dilengkapi jambul dari bulu burung unta atau merak.

Senjata dan baju besi seorang gladiator tergantung dari kelas mana mereka berasal. Terdapat empat kelas utama, yaitu:

  • Samnite, kelas paling bersenjata yang bertarung dengan pedang, tombak, perisai persegi besar, dan baju besi pelindung.
  • Trakia, bertarung dengan pedang pendek yang melengkung dan perisai persegi atau bundar yang sangat kecil.
  • Myrmillo, bertarung dengan pedang pendek dan hanya memakai pelindung di lengan dan kaki.
  • Retiarius, betarung tanpa baju besi dan helm dengan senjata berupa jaring dan trisula.

Selain empat kelas tersebut, banyak jenis gladiator lain dengan senjata dan baju pelindung yang beragam, termasuk para pemanah, petinju, serta petarung yang melawan binatang buas.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Pura Lempuyang Luhur di Bali

Sejarah Pura Lempuyang Luhur di Bali

Stori
Sayyid Sulaiman, Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri

Sayyid Sulaiman, Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri

Stori
Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Stori
Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com