Pada 1978, Kepulauan Galapagos ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO.
Baca juga: Perbedaan Suaka Margasatwa, Hutan Lindung, dan Taman Nasional
Perjalanan Charles Darwin ke Kepulauan Galapagos terjadi pada 1830-an.
Pada 1831, Charles Darwin, yang kemudian dikenal sebagai ahli geologi Inggris ternama, menemani Kapten Robert Fitzory, seorang naturalis dan kapten kapal HMS Beagle, pergi berlayar.
Dalam pelayaran yang berlangsung selama lima tahun itu, Darwin memiliki ambisi untuk melakukan penilitan ilmiah.
Setelah mengamati pantai selatan di Amerika, rombongannya berlayar menuju Kepulauan Galapagos.
Selama di Galapagos, Darwin takjub dengan satwa-satwa unik yang ada di sana dan ia merekam semuanya dalam catatannya.
Salah satu satwa yang menarik perhatiannya adalah burung kutilang, yang akhirnya diberi nama Galapagos Flinch atau Darwin Flinch.
Setelah mengamati burung unik itu, Darwin berteori bahwa pada awalnya semua burung kutilang berasal dari garis keturunan yang sama.
Baca juga: Sejarah Pulau Kumala
Dua dekade kemudian, atau pada 1859, Darwin menggabungkan semua catatannya menjadi sebuah buku berjudul "On the Origin of Species".
Buku fenomenal itu menuai banyak pro dan kontra, mengenai apa yang dikenal sebagai Teori Evolusi Darwin.
Kepulauan Galapagos terdiri dari 13 pulau besar, 6 pulau kecil, dan sejumlah pulau berukuran lebih kecil lainnya.
Luas Kepulauan Galapagos mencapai 8.010 kilometer persegi, di mana kawasan dataran rendahnya dipenuhi oleh tumbuhan kaktus.
Sedangkan kawasan dataran yang lebih tinggi dipenuhi oleh tumbuhan Pisonia (bunga pukul empat), dan di kawasan dataran tinggi dipenuhi oleh tumbuhan pakis dan rerumputan.
Baca juga: Mengingat Banda Neira, Nostalgia Pulau Penghasil Pala
Curah hujan di Galapagos cukup rendah, dengan kelembapan, suhu udara, dan air yang rendah pula.
Kepulauan Galapagos memiliki ribuan spesies hewan dan tumbuhan, sebagian besar di antaranya endemik.
Beberapa hewan endemik Galapagos antara lain: