Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hitoshi Shimizu, Ahli Propaganda Jepang yang Membantu Indonesia

Kompas.com - 23/05/2022, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hitoshi Shimizu adalah seorang politisi sekaligus ahli propaganda Kekaisaran Jepang semasa Perang Dunia II.

Meski begitu, ia dikenal sebagai orang yang dekat dengan tokoh Indonesia ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942.

Salah satu perannya adalah mendirikan Asrama Angkatan Baru Indonesia atau Asrama Menteng 31, yang akhirnya menjadi basis aksi para pemuda revolusioner dalam mempertahankan kemerdekaan.

Bahkan, Hitoshi Shimizu dipercaya menjadi salah satu orang Jepang yang membantu Indonesia mencapai kemerdekaannya.

Baca juga: Asrama Angkatan Baru Indonesia atau Asrama Menteng 31

Pelopor gerakan 3A

Hitoshi Shimizu memulai kariernya sebagai ahli propaganda Kekaisaran Jepang pada 1930-an.

Setelah Kekaisaran Jepang berhasil merebut Hindia Belanda dalam Perang Dunia II, Hitoshi Shimizu diangkat sebagai atase sipil.

Sebagai atase sipil, Shimizu bertugas di militer Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Ia bertanggung jawab atas misi propaganda yang dicanangkan Jepang selama menduduki Indonesia.

HItoshi Shimizu juga menjadi pemimpin Departemen Propaganda (Sendenbu) Kekaisaran Jepang di Indonesia.

Untuk mencapai misi propaganda Jepang, dibentuklah Gerakan 3A, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Pelindung Asia.

Gerakan yang dipelopori oleh Shimizu meliputi berbagai bidang pendidikan untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar mendukung pihak Jepang.

Oleh sebab itu, Shimizu menunjuk salah satu tokoh nasionalisme Indonesia, yaitu Mr Syamsudin sebagai Ketua Gerakan 3A.

Akan tetapi, Gerakan 3A tidak mendapat simpati yang cukup dari rakyat Indonesia, sehingga dibubarkan pada September 1942.

Baca juga: Gerakan Tiga A dan Propaganda Jepang

Mendirikan Asrama Menteng 31

Selain menjadi pelopor Gerakan 3A, Hitoshi Shimizu juga mendirikan asrama untuk menampung para pemuda Indonesia.

Shimizu dikenal sebagai sosok yang dekat dengan orang pribumi, terutama dari kaum pergerakan, baik dari kalangan golongan muda maupun golongan tua.

Salah satu tokoh Indonesia ternama yang dekat dengannya adalah Soekarno dan Mohammad Hatta.

Berkat kedekatannya ini, Shimizu bisa mendirikan Asrama Angkatan Baru Indonesia atau Asrama Menteng 31.

Awalnya, asrama ini digunakan untuk melatih para pemuda Indonesia demi memenuhi kepentingan Jepang.

Akan tetapi, asrama ini justru dijadikan tempat bagi para pemuda Indonesia untuk menegakkan nasionalisme dan menyebarkan kontra propaganda terhadap berita-berita Jepang.

Baca juga: Siapa Pemuda Menteng 31?

Membentuk organisasi Kipas Hitam

Setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat pada 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang memutuskan menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.

Kendati begitu, Departemen Propaganda (Sendenbu) yang dipimpin oleh Hitoshi Shimizu masih berusaha melakukan perlawanan.

Shimizu kemudian mendirikan organisasi rahasia bernama Kipas Hitam, yang bertujuan untuk meneror pihak Sekutu, terutama Amerika Serikat, Inggris dan Belanda.

Selain itu, Kipas Hitam juga bertugas mempersiapkan orang-orang Indonesia dalam mencapai kemerdekaan di bawah bimbingan pihak Jepang.

Terlepas dari peranannya sebagai ahli propaganda Jepang, Hitoshi Shimizu banyak membantu pihak Indonesia mencapai kemerdekaan.

Bersama Chaerul Basri, Shimizu mencari dan memberikan rumah yang dijadikan sebagai tempat terlaksananya proklamasi kemerdekaan, yaitu di Pegangsaan Timur No. 56.

Selain itu, mereka juga mencari kain merah dan putih, yang akhirnya dijahit oleh Fatmawati menjadi bendera Merah Putih.

Baca juga: Alasan Jepang Mengizinkan Pengibaran Bendera Merah Putih

Sayangnya, Shimizu gagal mengawal perkembangan Kapas Hitam, karena ia keburu ditangkap oleh Sekutu pada akhir 1945.

Hitoshi Shimizu dibawa ke Jakarta dan diinterogasi hingga mengaku bertanggung jawab atas propaganda supaya penduduk Indonesia membenci orang-orang berkulit putih.

Kendati demikian, Kipas Hitam masih terus berjalan tanpanya. Bahkan, banyak pemuda Indonesia, termasuk Sutan Sjahrir, tertarik bergabung ke dalam organisasi ini.

Namun, alih-alih melawan Sekutu, organisasi Kipas Hitam justru membuat keadaan menjadi karut-marut.

Salah satunya di Bondowoso, ditemukan selebaran berisi ancaman kepada para polisi setempat yang mengatasnamakan Kipas Hitam.

Akibatnya, banyak anggota Kapas Hitam yang kemudian ditangkap dan populeritas organisasi ini kian lama kian memudar dan menghilang.

Setelah dibebaskan oleh Sekutu, Shimizu masih menjalin kontak dengan Indonesia, bahkan hingga 1970-an.

 

Referensi:

  • Oktorino, Nino. (2013). Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com