Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Semaoen, Pendiri dan Ketua PKI Pertama

Kompas.com - 11/05/2022, 01:25 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semaoen adalah salah satu tokoh pendiri dan ketua pertama dari Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920, sebelum kemerdekaan.

Ia menjadi tokoh komunis setelah bertemu dengan Henk Sneevliet, tokoh komunis asal Belanda.

Semaoen menjadi tokoh yang menggerakkan buruh kereta api untuk berunjuk rasa terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Akibatnya, Semaoen ditangkap oleh Belanda dan diasingkan di Eropa.

Baca juga: Kebijakan Belanda di Indonesia pada Abad ke-20

Siapa itu Semaoen?

Semaoen lahir di Curahmalang, Kecamatan Sumobito, Jombang pada tahun 1899.

Ayahnya bernama Prawiroatmodjo, seorang pegawai rendahan, tukang batu di perusahaan kereta api di Jawa Timur.

Meski bukan dari golongan priyayi atau bangsawan, Semaoen mendapatkan pendidikan di Tweede Klas (sekolah bumi putera kelas dua).

Selain sekolah di Tweede Klas, Semaoen juga memperoleh tambahan bahasa Belanda dan mengikuti kursus di sore hari.

Begitu tamat dari Tweede Klas, Semaoen tidak mampu melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Baca juga: Awal Mula Perploncoan di Indonesia

Bertemu Henk Sneevlit

Setelah dari Tweede Klas, Semaoen kemudian bekerja di perusahaan kereta api (Staatsspoor) di Surabaya sebagai juru tulis atau Klerk.

Selama bekerja di perusahaan kereta api, Semaoen kemudian bergabung dengan Sarekat Islam (SI) afdeeling Surabaya pada tahun 1914.

Setahun bergabung dengan Sarekat Islam, Semaoen kemudian bertemu dengan Henk Sneevliet pada tahun 1915.

Henk Sneevlit merupakan tokoh komunis asal Belanda yang dibuang dari negaranya.

Begitu bertemu dengan Sneevlit, Semaoen kemudian diajak bergabung ke dalam Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh Sneevlit.

Sneevlit juga mengajak Semaoen bergabung ke dalam Vereeniging Voor Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP) atau serikat buruh kereta api cabang Surabaya.

Baca juga: Insiden Hotel Yamato, Perobekan Bendera Belanda di Surabaya

Karir politik

Beberapa tahun bekerja di perusahaan kereta api di Surabaya, Semaoen kemudian mengundurkan diri pada tahun 1916.

Semaoen kemudian pindah ke Semarang karena diangkat menjadi agen propaganda VSTP.

Berkat pengetahuannya yang luas, pemahaman dalam bahasa Belanda, dan kegigihan untuk terus belajar, Semaoen diangkat menjadi agen propaganda VSTP di Semarang.

Di Semarang, Semaoen juga diangkat menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa melayu.

Di usia yang sangat muda, Semaoen menjadi tokoh sentral dalam organisasi dan juga seorang jurnalis yang cerdas.

Baca juga: Sejarah Surat Kabar Indonesia dari Zaman Belanda hingga Reformasi

Selain itu, Semaoen yang masih menjadi anggota SI juga diangkat menjadi redaktur koran Sinar Djawa-Sinar Hindia.

Di usia yang ke-19 tahun, Semaoen bahkan diangkat menjadi anggota dewan pimpinan di SI.

Selama di Semarang, Semaoen banyak terlibat dalam aksi mogok buruh, seperti pada tahun 1918 dan 1920.

Aksi tersebut berhasil memaksa majikan untuk menaikkan upah buruh sebesar 20 persen dan uang makan 10 persen.

Baca juga: Demonstrasi Tiananmen, Unjuk Rasa di China yang Berujung Pembantaian

Mendirikan PKI

Selama berkarir di bidang politik, Semaoen kemudian bertemu dengan Alimin dan Darsono, Marco, Moesso, dan Misbach.

Semaoen bersama Alimin, Darsono, Marco, Moesso, dan Misbach kemudian mendirikan Partai Komunis Hindia yang kemudian menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada 23 Mei 1920, Semaoen dan beberapa tokoh lainnya mengubah ISDV menjadi Partai Komunis Hindia yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI).

Perubahan ISDV menjadi PKI kemudian menjadikan Semaoen sebagai ketuanya. Semaoen menjadi ketua pertama PKI.

Baca juga: Alimin: Masa Muda, Partai Komunis, dan

Pada akhir tahun 1921, Semaoen pergi meninggalkan Indonesia ke Moskow. Posisi ketua PKI kemudian diganti oleh Tan Malaka.

Namun, setelah Semaoen kembali pada tahun 1922, ia mendapatkan kembali jabatannya sebagai ketua PKI.

Dalam pengasingan

Pada tahun 1923, PKI merencanakan demonstrasi besar-besaran menggugat Hindia-Belanda.

Aksi tersebut dengan mudah berhasil dihentikan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Setelah itu, Semaoen kemudian ditangkap dan diasingkan pemerintah kolonial Belanda ke Belanda.

Baca juga: Tokoh Belanda yang Bersimpati terhadap Penderitaan Bangsa Indonesia

Selama di Eropa, Semaoen kemudian pindah ke Uni Soviet selama 30 tahun.

Di Eropa, Semaoen menjadi aktivis tapi dalam aksi yang terbatas, ia juga beberapa kali menjadi pembicara di Perhimpunan Indonesia di Belanda.

Selama di pengasingan, Semaoen juga belajar di Universitas Tashkent di Uzbekistan.

Semaoen juga aktif di Executive Committee of the Comintern atau Komite Ekskutif Komunis Internasional (ECCI).

Selama di Uni Soviet, Semaoen bekerja sebagai pengajar bahasa Indonesia dan penyiar berbahasa Indonesia pada radio di Moscow.

Bahkan, di Moscow, Semaoen pernah diangkat oleh Stalin menjadi pimpinan Badan Perancang Negara (Gozplan) di Tajikistan.

Baca juga: Mengapa Glasnost dan Perestroika Menyebabkan Runtuhnya Uni Soviet?

Meninggal dunia

Puluhan tahun di pengasingan, Semaoen akhirnya kembali ke Indonesia dan pindah ke Jakarta pada tahun 1953.

Semaoen pulang karena inisiatif dari Iwa Kusumasumantri, politikus yang merupakan mantan Menteri Sosial.

Ketika kembali ke Indonesia, Semaoen terputus hubungannya dengan PKI, partai yang ia dirikan bersama Alimin dan Darsono.

Pada tahun 1959 hingga tahun 1961, Semaoen menjadi pegawai pemerintah. Ia juga mengajat mata kuliah ekonomi di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Semaoen akhirnya meninggal dunia pada 7 April 1971 di usia 72 tahun.

Semaoen kemudian di makamkan di pemakaman keluarga R.A Prawiraatmadja di Pasuruan, Jawa Timur

 

Referensi:

  • Mulawarman, Aji Dedi. (2020). Jang Oetama: Jejak dan Perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto. Malang: Penerbit Peneleh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com