Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Syekh Siti Jenar?

Kompas.com - 29/04/2022, 08:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Syekh Siti Jenar merupakan salah satu tokoh penyebar Islam di tanah Jawa.

Sosoknya kontroversial karena banyak yang menganggap ajarannya sesat, hingga ia disingkirkan oleh para Wali Songo dan dieksekusi mati.

Lantas, siapa sebenarnya Syekh Siti Jenar dan bagaimana kehidupannya sebelum menjadi kontroversial?

Baca juga: Wali Songo dan Nama Aslinya

Asal-usul Syekh Siti Jenar

Terdapat beberapa versi terkait asal-usul Syekh Siti Jenar. Ada yang menyebut bahwa ia lahir di Persia pada 1346 H atau 1426 M.

Sementara dalam Kitab Negara Kretabhumi, Syekh Siti Jenar disebut lahir di Semenanjung Malaka dan ayahnya bernama Syekh Datuk Saleh.

Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar merupakan anak dari Sunan Ampel.

Literasi lain mengungkap bahwa Syekh Siti Jenar merupakan keturunan Cirebon dengan nama Ali Hasan atau Syekh Abdul Jalil.

Ia dilahirkan di lingkungan Pakuwuan Caruban, yang saat ini menjadi Cirebon. Ayahnya adalah seorang raja pendeta dengan nama Resi Bungsu.

Baca juga: Syekh Nawawi al-Bantani, Ulama Banten yang Mendunia

Syekh Siti Jenar juga dikenal dengan nama Sunan Jepara, Sitibrit, Syekh Lemahbang, dan Syekh Lemah Abang.

Ia memiliki nama kecil Abdul Hasan bin Abdul Ibrahim bin Ismail dan nama aslinya Sayyid Hasan 'Ali Al Husaini.

Saat usianya menginjak dewasa, ia memiliki gelar Syekh Abdul Jalil atau Raden Abdul Jalil.

Pendidikan Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar pernah belajar lama di Bagdad, Irak, hingga menguasai berbagai ilmu agama Islam dari seorang guru Yahudi yang menyamar jadi orang Islam.

Konon, guru tersebut bernama Abdul Malik Al-Baghdadi, yang kemudian menjadi mertuanya.

Saat berada di Bagdad, Syekh Siti Jenar ternyata lebih tertarik pada ilmu tasawuf, yang kemudian ia dalami.

Setelah belajar dengan Syekh Ahmad Baghdadi, Syekh Siti Jenar kemudian menganut tarekat Akmaliyah, seperti gurunya tersebut.

Baca juga: Syekh Yusuf: Asal Usul, Perjuangan, dan Pengasingan

Menyebarkan Islam di Jawa

Dari Bagdad, Syekh Siti Jenar kemudian pergi ke Malaka dan mengajarkan ilmunya, di mana ia mendapatkan gelar Syekh Datuk Abdul Jalil dan Syekh Jabarantas.

Setelah itu, Syekh Siti Jenar pindah ke Jawa, tepatnya ke Giri Amparan Jati dan tinggal bersama sepupunya, Syekh Datuk Kahfi.

Selama di Giri Amparan Jati, Syekh Siti Jenar menyebarkan agama Islam dan mendapatkan banyak pengikut.

Muridnya datang dari berbagai golongan, baik dari masyarakat umum hingga bangsawan.

Setelah memiliki banyak murid, Syekh Siti Jenar mendirikan sebuah pondok pesantren untuk belajar di Dukuh Lemah Abang, Cirebon.

Baca juga: Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon

Kontroversi Syekh Siti Jenar

Ajaran Syekh Siti Jenar dianggap kontroversial karena ia memiliki perbedaan pendapat dengan sejumlah wali dan tokoh Islam saat itu.

Dalam sebuah pertemuan di Istana Argapura, Gresik, Syekh Siti Jenar mengemukakan pendapatnya tentang ketuhanan.

Ia berpendapat bahwa dengan beribadah kepada Allah SWT, pada dasarnya sama dengan Allah.

Syekh Siti Jenar melanjutkan penjelasannya, bahwa hamba yang memiliki kuasa dan menghukum juga hamba.

Pendapat Syekh Siti Jenar tersebut kemudian mendapat tentangan dari sejumlah wali dan tokoh Islam yang hadir.

Syekh Siti Jenar diminta untuk bertaubat karena dianggap menyamakan dirinya sebagai Tuhan.

Akan tetapi, Syekh Siti Jenar tetap pada pendiriannya hingga akhirnya dijatuhi hukuman mati.

 

Referensi:

  • Mulkham, Abdul Munir. 1999. Syekh Siti Jenar: Pergumulan Islam Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com