KOMPAS.com - Pertempuran Biak merupakan peperangan antara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) dan tentara Kekaisaran Jepang yang berlangsung di Biak, Papua.
Perang yang berlangsung sejak 27 Mei hingga 20 Juni 1944 ini adalah bagian dari kampanye Niugini semasa Perang Dunia II.
Perang Biak adalah bagian dari upaya pembersihan Jenderal Douglas MacArthur atas Papua dari kekuatan Jepang.
Pertempuran ini dimenangkan oleh Sekutu, yang kemudian menggunakan Pulau Biak untuk mendukung operasi di beberapa wilayah di Pasifik.
Baca juga: L Rumkorem, Pemimpin Perlawanan terhadap Jepang di Biak
Latar belakang
Pulau Biak terletak di utara Provinsi Papua, berdekatan dengan Sarmi, di mana Jepang telah memusatkan basis pasokan dan lapangan terbangnya.
Pada 1944, lokasinya dinilai sangat cocok untuk pembangunan lapangan terbang. Sehingga, pihak Sekutu, yang mulai bergerak ke Filipina, berencana merebut pulau ini dari Jepang.
Sekutu memperkirakan ada sekitar 2.000 tentara Jepang yang ditugaskan menjaga Pulau Biak.
Padahal, saat itu, Pulau Biak dikuasai oleh 11.400 tentara Jepang di bawah komando Kolonel Kuzume Naoyuki.
Kolonel Kuzume, yang telah mengetahui kedatangan pasukan Sekutu, memakai strategi tipuan.
Ia akan membiarkan tentara Sekutu mendarat di Biak tanpa hambatan, supaya mereka jatuh ke perangkap yang telah disiapkan.
Baca juga: Pertempuran Morotai: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir
Perangkap yang dimaksud adalah gua-gua yang terletak di sebelah barat Mokmer dan di sebelah timur Bosnek.
Jepang menjadikan gua-gua tersebut sebagai kotak-kotak pertahanan yang dipenuhi dengan penembak, senjata otomatis, artileri, baterai mortir, dan satu kompi tank.
Dalam perkembangannya, mata-mata Sekutu akhirnya meralat informasi sebelumnya dan mengabarkan bahwa jumlah tentara Jepang di Biak diperkirakan mencapai 10.800 orang.
Tentara Sekutu, yang berkumpul di daerah Teluk Humboldt, diberangkatkan pada 25 Mei 1944. Mereka dilindungi oleh pasukan angkatan udara dan angkatan laut.