KOMPAS.com - Beer Hall Putsch atau yang juga disebut Munich Putsch adalah upaya kudeta yang gagal dilakukan oleh pemimpin Partai Nazi, Adolf Hitler.
Peristiwa ini berlangung pada 8-9 November 1923, selama Republik Weimar dipimpin oleh Paul von Hindenburg.
Hari itu, sekitar 2.000 anggota Nazi berjalan ke Monumen Feldherrnhalle di Munich, tetapi dihadang oleh polisi, yang kemudian menimbulkan bentrokan berdarah.
Sementara itu, Adolf Hitler, yang mengalami luka ringan, lolos dari penangkapan dan pergi ke tempat persembunyiannya.
Namun, dua hari setelahnya, ia ditangkap kemudian didakwa bersalah atas pengkhianatan dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara.
Baca juga: Partai Nazi: Berdirinya, Kepemimpinan Adolf Hitler, dan Pembubaran
Usai kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I, Adolf Hitler semakin yakin bahwa misi hidupnya adalah untuk "menyelamatkan" Jerman.
Saat krisis melanda Jerman segera setelah Perang Dunia I, ia kembali ke Munich dan bekerja sebagai mata-mata polisi.
Hitler ditugaskan menyusup ke Partai Buruh Jerman (Nazi), di mana ia sangat tertarik pada ideologi nasionalis dan anti-Semit partai ini.
Ia bergabung pada 1919 dan bertemu Dietrich Eckart, salah satu pendiri Nazi, yang kemudian menjadi mentornya.
Hitler pun dikenalkan dengan banyak orang berpengaruh dan diajari untuk melakukan propaganda.
Pada 1921, Hitler berbicara di hadapan beberapa ribu orang di tempat minum bir, yang kerap digunakan orang Bavaria untuk sekadar berkumpul atau rapat politik.
Baca juga: Raymond Westerling, Hitler dari Belanda
Salah satu tempat minum bir besar di Munich adalah Burgerbraukeller, yang menjadi tempat dimulainya putsch.
Tidak lama kemudian, Partai Buruh Jerman resmi mengubah namanya menjadi Partai Buruh Sosialis Nasional Jerman atau Partai Nazi, dan memilih Hitler sebagai pemimpinnya.
Dalam perkembangannya, Partai Nazi semakin besar, seiring dengan memuncaknya kekecewaan masyarakat Jerman terhadap kepemimpinan Republik Weimar di Berlin.
Hal ini karena Perjanjian Versailles, yang dianggap menghina dan merugikan Jerman.