Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugu Proklamasi, Monumen Peringatan Kemerdekaan Indonesia

Kompas.com - 14/02/2022, 16:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.id

KOMPAS.com - Tugu Proklamasi merupakan monumen yang dibangun sebagai peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Monumen ini berdiri bersama Tugu Petir dan Monumen Pahlawan Proklamator Sukarno-Hatta di kompleks Taman Proklamasi di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.

Di dekat Monumen Pahlawan Proklamator Sukarno-Hatta, juga terdapat sebuah monumen naskah proklamasi yang terbuat dari marmer hitam.

Baca juga: Peran Mohammad Hatta dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Tugu Proklamasi

Tugu Proklamasi atau sering disebut dengan tugu jarum, dibangun untuk memperingati satu tahun kemerdekaan Indonesia pada 1946.

Di lokasi kompleks Taman Proklamasi, Tugu Proklamasi menjadi monumen pertama yang didirikan.

Pembangunan Tugu Proklamasi diprakarsai oleh Ikatan Wanita Djakarta, dan beberapa tokoh seperti Nyonya Johanna Masdani, Mien Wiranakusumah, Zus Ratulangi (putri Sam Ratulangi), Zubaedah, Nyonya Gerung, dan Maria Ulfa.

Adapun arsitek Tugu Proklamasi adalah Dra Yos Masdani Tumbuan, yang saat itu masih menjadi mahasiswi dan juga anggotan Ikatan Wanita Djakarta.

Sementara itu, dana untuk membangun monumen ini didapatkan dari Kaum Republiken atau orang-orang yang pro terhadap kemerdekaan RI.

Setelah dibangun, peresmian Tugu Proklamasi sempat akan ditunda karena keberadaan tentara Belanda dan Sekutu di Jakarta.

Namun pada akhirnya, tugu yang dulu disebut sebagai Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia itu diresmikan oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir pada 17 Agustus 1946.

Baca juga: Peran Sutan Sjahrir dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dibongkar oleh Soekarno

Sejak diresmikan, Tugu Proklamasi menjadi tempat perayaan Hari Kemerdekaan setiap tahunnya.

Namun, melalui Sidang Pleno Istimewa Dewan Perancang Nasional (Deparnas) pada 13 Agustus 1960, Presiden Soekarno ingin mendirikan Tugu Proklamasi yang baru.

Adapun lokasi Tugu Proklamasi yang baru adalah tempat di mana Soekarno-Hatta berdiri saat membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Presiden Soekarno menginginkan Tugu Proklamasi yang baru memiliki tinggi 17 meter dengan lambang petir di atasnya.

Menurut Presiden Soekarno, tugu yang diresmikan pada 1946 bukan Tugu Proklamasi, tetapi Tugu Linggarjati.

Meski mendapat protes, Tugu Proklamasi yang sudah ada dan Gedung Proklamasi dibongkar pada 15 Agustus 1960.

Sebagai ganti Gedung Proklamasi, Presiden Soekarno membangun Gedung Pola yang sekarang disebut dengan Gedung Perintis Kemerdekaan.

Kemudian pada 1 Januari 1961, Presiden Sukarno meresmikan pembangunan Tugu Petir.

Baca juga: Mengapa Jepang Melarang Pembacaan Teks Proklamasi?

Dibangun kembali

Stelah Presiden Soekarno dilengserkan dari kursi presiden Indonesia, pada era Orde Baru, tepatnya pada 1972, atas persetujuan Presiden Soeharto, dibangun lagi Tugu Proklamasi.

Pembangunan kembali Tugu Proklamasi ini berada di lokasi yang sama dan dengan bentuk yang sama pula.

Pembangunan Tugu Proklamasi yang baru selesai pada 15 Agustus 1972, kemudian dipasang plakat marmer naskah proklamasi dan peta Indonesia.

Tugu Proklamasi kemudian diresmikan pada 17 Agustus 1972 oleh Menteri Penerangan, Budiardjo, yang mewakili Presiden Soeharto.

Sedangkan monumen terakhir di Taman Proklamasi, yaitu Monumen Pahlawan Proklamator Sukarno-Hatta, diresmikan oleh Presiden Suharto pada 17 Agustus 1980.

 

Referensi:

  • Marzuki, Nunung. (2009). Mengenal Lebih Dekat Bangunan Bersejarah Indonesia. Jakarta: Penerbit Pacu Minat Baca.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com