Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Jepang Melarang Pembacaan Teks Proklamasi?

Kompas.com - 23/08/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada 15 Agustus 1945, Jepang memutuskan untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Jepang yang saat itu sedang menduduki Indonesia secara tidak langsung membuat status pemerintahan Indonesia menjadi kosong dari pendudukan negara lain.

Melihat kondisi ini, para pejuang Indonesia ingin segera mengumandangkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Akan tetapi, Jepang melarang pembacaan berita proklamasi, karena Jepang memiliki kewajiban untuk menjaga status quo Indonesia seperti yang disepakati dengan Sekutu.

Baca juga: Pengungsi Vietnam 1975

Jepang Melarang Pembacaan Teks Proklamasi

Berita menyerahnya Jepang terhadap Sekutu merupakan sebuah kabar baik untuk pihak Indonesia. 

Setelah mendengar kabar tersebut, Soekarno-Hatta segera diminta oleh para golongan muda, seperti Sutan Syahrir untuk mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. 

Namun, tindakan ini dilarang oleh Jepang. 

Hal tersebut dibuktikan dengan penolakan Mayor Jenderal Nishimura yang melarang Soekarno-Hatta melaksanakan Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 

Indonesia dilarang untuk membacakan teks proklamasi karena Jepang masih berkewajiban untuk menjaga status quo yang telah disepakati dengan Sekutu.

Baca juga: Mengapa Trunojoyo Memberontak dari Amangkurat I?

Penyebaran Berita Proklamasi

Meskipun telah dilarang, Soekarno-Hatta tetap mengumandangkan proklamasi karena telah didesak oleh kaum golongan muda.

Pada akhirnya, Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 AM.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan, kabar baik ini tentu ingin segera disebarluaskan hingga ke seluruh penjuru daerah.

Namun, karena keterbatasan alat komunikasi, berita ini tidak dapat langsung diketahui oleh banyak orang. 

Selain itu, hanya terdapat beberapa surat kabar saja yang hidup pada saat itu, seperti Asia Raya, Soeara Asia, Tjahaja, dan sebagainya. 

Upaya lain juga dilakukan Joesoef Ronodipoero yang merupakan penyiar, ia berusaha memberitakan berita kemerdekaan melalui radio Jepang tempat ia bekerja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com