Antara tahun 235-284, Kekaisaran Romawi dipimpin oleh 25 Kaisar Militer atau (Soldier-Emperor), yang kebanyakan tewas dibunuh dalam konflik perebutan kekuasaan.
Periode krisis Kekaisaran Romawi mereda setelah Diokletianus menjadi kaisar dengan masa kekuasaan antara 284-305.
Namun, luas wilayah Romawi yang mencapai 6,5 juta kilometer persegi membuat Kaisar Diokletianus mengalami kesulitan dalam menjalankan pemerintahan.
Adapun beberapa kesuliannya adalah sebagai berikut.
Kaisar Diokletanius menilai Kekaisaran Romawi tidak akan bisa bertahan apabila dipimpin dalam satu pemerintahan saja.
Pada 395, Kaisar Theodosius akhirnya membagi kekaisaran menjadi dua, yaitu Kekaisaran Romawi Barat yang berpusat di Roma dan Kekaisaran Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel.
Baca juga: Runtuhnya Kekaisaran Romawi
Pada kenyataannya, pembagian kekaisaran justru mendorong keruntuhan Romawi. Segera setelah kematian Theodosius, kekacauan terjadi dan berbagai provinsi Roma penuh dengan kekuasaan bangsa asing.
Pemerintahan Roma di barat mengalami keruntuhan pada 476, usai dikalahkan oleh orang-orang Barbar.
Runtuhnya kekaisaran Romawi Barat berakibat pada krisis sosial ekonomi dan sang kaisar tidak lagi memiliki kekuatan politik.
Singkatnya, Kekaisaran Romawi benar-benar runtuh pada tahun 476 akibat serangan Suku Barbar yang dipimpin oleh Odoacer.
Sementara Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium yang berpusat di Konstantinopel justru semakin makmur dan tidak tersentuh oleh serangan dari manapun hingga sekitar seribu tahun kemudian.
Referensi: