KOMPAS.com - Perang Troya merupakan salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Yunani, yang terjadi pada sekitar abad ke-13 SM.
Peristiwa ini merujuk pada penyerbuan Kota Troya (sekarang di Turki) oleh pasukan gabungan dari Yunani.
Perang Troya diceritakan dalam banyak karya sastra, salah satunya dalam Iliad, mahakarya sastrawan Yunani bernama Homeros.
Namun, banyak yang menganggap perang tersebut hanya sebatas buah pikir dari Homeros.
Lantas, apakah Perang Troya itu nyata atau hanya sebatas mitologi Yunani?
Baca juga: Peninggalan Peradaban Yunani Kuno
Terjadinya Perang Troya disebabkan oleh perselisihan antara Pangeran Paris, putra Raja Priamos dari Troya, dan Menelaus, Raja Sparta (negeri pada zaman Yunani Kuno).
Suatu ketika, Pangeran Paris dikirim oleh ayahnya untuk melakukan misi kerajaan ke Sparta di Yunani.
Namun, Pangeran Paris justru jatuh hati dengan kecantikan Helen, istri Raja Menelaus, dan kemudian membawanya pulang ke Troya.
Raja Menelaus, yang mengetahui bahwa Helen sudah dibawa kabur Pangeran Paris, meminta saudaranya, Raja Agamemnon dari Mikenai, memimpin ekspedisi ke Troya untuk menjemput istrinya.
Bersama pahlawan legendaris Yunani, Achilles, Odysseus, Nestor, dan Ajax, Agamemnon berangkat ke Troya disertai armada yang terdiri atas seribu lebih kapal untuk menuntut kembalinya Helen.
Perang Troya berlangsung selama 10 tahun. Pada tahun ke-10, pasukan Yunani sadar bahwa mereka tidak mungkin menang selama Troya masih mendapat pasokan logistik dari kota-kota di sekitarnya.
Baca juga: Perang Punisia: Latar Belakang, Jalannya Pertempuran, dan Akhir
Terlebih lagi, para pemimpin pasukan Yunani banyak yang telah tewas dan pasukan mereka terpaksa harus kembali berlindung ke lokasi pertahanan.
Pada suatu pagi, pasukan Yunani benar-benar mundur dan meninggalkan kuda kayu besar di luar gerbang Troya.
Bangsa Troya yang telah merayakan kemenangannya, menarik kuda kayu, yang ternyata berisi pasukan Yunani, tersebut ke dalam kota.
Begitu malam tiba, pasukan Yunani pun keluar dari kuda kayu yang menjadi tempat persembunyian tersebut dan menghancurkan Kota Troya.
Ternyata, kuda kayu raksasa yang kemudian disebut sebagai Kuda Troya tersebut adalah sebuah strategi pasukan Yunani untuk memenangkan pertempuran.
Malam itu, pasukan Yunani mengalahkan rakyat Troya dan sekaligus memenangkan Perang Troya.
Pangeran Paris meninggal dalam pertempuran itu, sedangkan Helen dibawa pulang oleh pasukan Yunani kepada Raja Menelaus.
Baca juga: Pertempuran Gaugamela: Latar Belakang, Jalannya Perang, dan Akhir
Banyak bagian dari epos Perang Troya yang sulit dibaca secara historis. Terlebih lagi, beberapa karakter utamanya sama dengan keturunan langsung dari dewa-dewa Yunani.
Misalnya Helen, yang merupakan putri Zeus. Selain itu, Pangeran Paris konon memenangkan cinta Helen setelah menganugerahkan apel emas kepada Dewi Aphrodite karena kecantikannya.
Kemudian, pengepungan Kota Troya yang berlangsung selama 10 tahun dirasa mustahil. Pasalnya, kota-kota terkuat pun umumnya hanya bisa bertahan selama beberapa bulan.
Oleh karena itu, Perang Troya sempat dianggap sebagai mitos belaka oleh beberapa sejarawan.
Namun, penggalian besar-besaran di situs Troya pada 1870 di bawah arahan arkeolog Jerman, Heinrich Schliemann, berhasil mengungkap gundukan benteng kecil dan lapisan puing sedalam 25 meter.
Selain itu, ditemukan pula puing-puing kehancuran kota, yang diyakini sebagai sisa-sisa Kota Troya.
Perang Troya pun semakin diyakini kebenarannya setelah arkeolog Turki menemukan struktur kayu besar yang diyakini sebagai sisa-sisa potongan Kuda Troya.
Penggalian itu dilakukan di situs kota bersejarah Troya yaitu di perbukitan Hisarlik. Struktur kayu itu berada di dalam tembok kota kuno Troya.
Referensi: