Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Situ Bagendit, Karma bagi Wanita Kaya yang Kikir

Kompas.com - 25/12/2021, 12:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Legenda Situ Bagendit merupakan certia rakyat yang berasal dari Garut, Jawa Barat.

Menurut warga Garut, Situ Bagendit terdiri dari dua kata, yaitu "Situ" yang berarti danau dan "Bagendit" yang berasal dari nama Nyai Endit.

Legenda ini menceritakan sosok wanita yang memiliki kekayaan yang melimpah, tetapi sangat kikir dan tidak mau menolong sesama.

Konon, legenda ini menceritakan asal-usul Situ Bagendit, yakni destinasi wisata berupa danau di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, yang banyak dikunjungi hingga kini.

Baca juga: Kisah Roro Jonggrang, Legenda di Balik Candi Prambanan

Tokoh Nyai Endit

Alkisah, di sebelah utara Kota Garut terdapat desa yang amat subur. Di tempat inilah hidup seorang janda kaya raya bernama Nyai Endit yang ditakuti oleh warga.

Warga sangat takut, karena dengan kekayaannya itu Nyai Endit bisa berbuat sesuai kehendak hatinya.

Di sisi lain, para penduduk juga bergantung dengan Nyai Endit untuk mendapat pinjaman uang, meski di setiap pinjaman akan dikenakan bunga yang tinggi.

Nyai Endit memiliki pengawal atau tukang pukul yang ditugaskan untuk menagih utang-utang yang dipinjam warga.

Apabila terlambat membayar atau tidak mampu melunasi utang berikut bunganya, Nyai Endit akan menyuruh tukang pukulnya untuk memberi hukuman.

Salah satu sumber kekayaan Nyai Endit adalah tanah garapan yang luas dengan hasil melimpah apabila waktu panen tiba.

Baca juga: Legenda Nyi Blorong, Panglima Ratu Kidul Tempat Mencari Pesugihan

Sifat kikir Nyai Endit

Suatu ketika, musim paceklik tiba dan para penduduk yang menggantungkan hidup dari bertani mengalami kesulitan.

Panen mereka gagal, hingga banyak penduduk yang mengalami busung lapar. Keadaan tersebut berbanding berbalik dengan situasi di rumah Nyai Endit.

Musim paceklik tidak memengaruhi ekonomi Nyai Endit. Ia bahkan mampu mengadakan pesta meriah bersama kerabat dan teman-temannya.

Ia juga tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk membantu penduduk sekitar yang mengalami kelaparan.

Ketika pesta berlangsung, Nyai Endit memberi sambutan dan mengatakan kepada para tamunya untuk makan dan minum sepuasnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com