Berawal dari menciptakan lagu, ia merambah menjadi penata musik film. Film pertama yang ia tangani berjudul Djuara Sepatu Roda (1958).
Baca juga: Lambang Garuda Pancasila: Makna dan Sejarahnya
Pada 3 Februari 1952, Sudharnoto bersama Titi Subronto dan Bintang Suradi mendirikan kelompok paduan suara yang dinamai Ansambel Gembira.
Ide pendirian Ansambel Gembira muncul ketika mereka baru saja kembali dari Festival Pemuda dan Pelajar Sedunia di Berlin pada 1951.
Dari acara tersebut, terbesit ide untuk mendirikan sebuah kelompok paduan suara, yang kemudian disebut Ansambel Gembira.
Awalnya, kelompok ini hanya memiliki tiga anggota. Seiring berjalannya waktu, anggotanya terus bertambah dan sampai tahun 1965 telah ada 50 orang di dalamnya.
Baca juga: Ciri-Ciri Lagu Daerah
Sembari terus berkarya di dunia musik, Sudharnoto juga aktif dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), organisasi seniman dan budayawan haluan kiri.
Bahkan, Sudharnoto juga ditunjuk untuk menjabat sebagai Ketua Lembaga Musik Indonesia (LMII) dan turut memperkuat redaksi majalah kebudayaan, Zaman Baru, yang dipimpin oleh Rivai Apin.
Bulan Desember 1959, bersama seniman Lekra lainnya, Sudharnoto mengirim petisi pencabutan larangan terbit Harian Rakjat ke Istana Merdeka.
Sepak terjang terakhir yang dilakukan Sudharnoto dalam Lekra adalah ketika ia terpilih sebagai Ketua Presidium dalam acara Konferensi Nasional I di Jakarta 31 Oktober - 5 November 1964.
Pascatragedi G30S 1965, kiprah Sudharnoto sempat terhenti karena Lekra turut menjadi sasaran penumpasan.
Ia diketahui dipecat dari RRI dan menjadi tahanan politik di Rumah Tahanan Chusus (RTC) Salemba.
Baca juga: Cerita Jenderal AH Nasution Lolos dari Penculikan G30S
Setelah bebas, Sudharnoto mencoba kembali membangun karier musiknya. Beruntung, ia masih dipercaya untuk menggarap ilustrasi musik di beberapa film.
Pada 1972, ia menjadi penata musik dalam film bertajuk Dalam Sinar Matanya. Kiprahnya sebagai penata musik pun terus berlanjut.
Pada 1980, Sudharnoto berhasil menyabet Piala Citra untuk tata musik terbaik lewat film bertajuk Kabut Sutra Ungu.
Tahun berikutnya, Sudharnoto meraih penghargaan yang sama untuk film Dr. Siti Perwiti Kembali ke Desa.
Kemudian pada 1983, Sudharnoto kembali mengoleksi penghargaan yang sama untuk film R.A. Kartini. Hingga akhir hayatnya, total ada sekitar 26 film yang ilustrasi musiknya ia kerjakan.
Sudharnoto wafat di Jakarta pada 11 Januari 2000 di usia 75 tahun.
Baca juga: Sejarah Singkat Film Dunia
Referensi: