Asal-usul Kota Banyuwangi tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Blambangan, yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun.
Pada masa itu, secara administratif VOC menganggap bahwa Blambangan adalah bagian dari wilayah kekuasaannya.
Hal ini atas dasar penyerahan kekuasaan Jawa bagian Timur oleh Pakubuwono II kepada VOC.
Kendati demikian, VOC tidak pernah benar-benar menunjukkan kekuasaannya akan Blambangan sampai akhir abad ke-17.
Ketika pemerintah Inggris mulai menjalin hubungan dagang dengan Blambangan, VOC pun segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya.
Hal ini lantas memicu terjadinya pertempuran antara pasukan Blambangan dengan VOC, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Puputan Bayu.
Dalam Puputan Bayu yang terjadi pada 18 Desember 1771, Blambangan berusaha keras untuk melepaskan diri dari VOC.
Namun, pada akhirnya Kerajaan Blambangan runtuh setelah VOC meraih kemenangannya.
VOC kemudian mengangkat R Wiroguno I (Mas Alit) sebagai bupati Banyuwangi pertama. Setelah itu, 18 Desember 1771 ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi.
Baca juga: Puputan Bayu: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak
Berikut ini beberapa julukan yang disandang Kota Banyuwangi.
Julukan The Sunrise of Java disandang Banyuwangi karena menjadi daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di Pulau Jawa.
Berdirinya Banyuwangi tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Blambangan, karena Blambangan adalah cikal bakal dari adanya kota tersebut.
Keunikan yang ada di Banyuwangi adalah adanya multikulturalisme, di mana masyarakatnya dibentuk oleh keturunan Jawa Mataraman, Madura, dan Osing.
Suku Osing merupakan penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan dari Kerajaan Blambangan, suku ini memiliki adat-istiadat, budaya, dan bahasa yang berbeda dari masyarakat Jawa dan Madura.
Banyuwangi juga dijuluki sebagai kota santet. Julukan ini muncul setelah peristiwa nahas ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu hitam.