Maka setelah Puputan Badung pada 1906, Belanda menghendaki raja Klungkung agar menandatangani perjanjian baru.
Perjanjian baru yang ditandatangani membuat kerusuhan merebak di Klungkung, hingga mengundang invasi militer Belanda.
Akhirnya, terjadilah Puputan Klungkung pada 28 April 1908, yang menewaskan raja beserta para pengiringnya.
Sejak saat itu, Klungkung diduduki oleh pemerintah kolonial dan baru pada 1929, Dewa Agung Oka Geg diangkat oleh Belanda sebagai kepala swapraja Klungkung.
Dewa Agung Oka Geg memerintah hingga era kemerdekaan dan penghapusan berbagai swapraja di Kepulauan Nusantara.
Referensi: