Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puputan Bayu: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak

Kompas.com - 29/06/2021, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puputan Bayu atau Pemberontakan Jagapati adalah perlawanan dari rakyat Blambangan terhadap pendudukan Belanda di Banyuwangi.

Perang yang dilancarkan pada 18 Desember 1771 ini dipimpin oleh Mas Rempeg atau Pangeran Jagapati.

Puputan Bayu termasuk salah satu peperangan terbesar dalam sejarah pendudukan Belanda di Indonesia.

Sebab, perang ini membuat Belanda kewalahan hingga kehilangan sejumlah pejabat dan perwira militernya serta memakan puluhan ribu korban.

Lantas, apa yang menjadi penyebab Perang Bayu dan bagaimana kronologi serta dampaknya?

Latar belakang Puputan Bayu

Meletusnya Puputan Bayu adalah salah satu dampak penyerahan wilayah Pasuruan hingga Blambangan oleh penguasa Mataram ke VOC.

Setelah lepas dari kekuasaan Mataram, Kerajaan Mengwi di Bali mengklaim atas kepemilikan Blambangan.

Kerajaan Mengwi kemudian mengizinkan Inggris untuk mendirikan kantor dagang di wilayah kekuasaannya tersebut.

Aktivitas perdagangan Inggris di Blambangan tentu saja membuat VOC terusik dan mengambil tindakan.

Kedatangan VOC dengan membawa puluhan kapal besar serta ribuan tentara membuat rakyat Blambangan marah dan melakukan perlawanan.

Terlebih lagi, pasukan Belanda bersikap semena-mena terhadap penduduk.

Baca juga: Perang Bubat: Latar Belakang, Lokasi, dan Dampaknya

Kronologi Puputan Bayu

Pada 25 Maret 1767, ibu kota Blambangan berhasil dikuasai Belanda.

Dengan dikuasainya Blambangan oleh Belanda, bukan berarti perjuangan untuk melawan penjajah menjadi terhenti.

Bahkan Pangeran Agung Wilis yang waktu itu diangkat menjadi Pangeran Blambangan terus memimpin rakyatnya untuk melawan Belanda.

Sayangnya, Pangeran Agung Wilis berhasil ditangkap dan diasingkan ke Selong, dekat Pasuruan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com