KOMPAS.com – Operasi Barbarossa adalah operasi invasi tentara Jerman terhadap Uni Soviet pada Perang Dunia II yang dimulai tanggal 22 Juni 1941.
Dalam Operasi Barbarossa, Jerman mengirim 3 juta tentara, 19 divisi panser, 3.000 tank, 2.500 pesawat tempur, 600.000 unit kendaraan bermotor, 700.000 ekor kuda dan 7.000 artileri untuk menyerang Uni Soviet.
Dari operasi ini, Jerman sempat mengungguli Uni Soviet. Namun, saat musim dingin tiba, Jerman berhasil dipukul mundur Uni Soviet akibat tidak siap menghadapi musim dingin di Uni Soviet.
Baca juga: Sejarah Runtuhnya Uni Soviet (1991)
Pada Perang Dunia II, Jerman dan Uni Soviet menandatangani sebuah pakta bernama Pakta Molotov-Ribbentrop, tepatnya pada 23 Agustus 1939.
Dalam pakta tersebut, Jerman dan Uni Soviet sudah saling berjanji untuk tidak saling menyerang baik secara langsung maupun tidak langsung.
Namun, Adolf Hitler, pimpinan tentara Nazi Jerman, melanggar pakta tersebut karena ingin menaklukkan wilayah barat Uni Soviet agar wilayah tersebut diisi oleh warga Jerman.
Selain itu, alasan lain Jerman melanggar kesepakatan dengan Uni Soviet karena ingin merebut sumber daya minyak di pegunungan Kaukasus.
Guna melancarkan tujuannya tersebut, pada 18 Desember 1940 disusunlah perencanaan penyerangan.
Masih di tanggal yang sama, Hitler menandatangani Führer Directive 21 yang berisi instruksi kepada Komando Tinggi Jerman untuk melakukan operasi dengan nama Operasi Barbarossa.
Barbarossa sendiri berasal dari nama Kaisar Jerman, yaitu Kaisar Frederick Barbarossa.
Baca juga: Uni Soviet: Sejarah, Ekonomi, dan Pembubaran
Setelah perencanaan operasi militer dibuat, Jerman mengirimkan 3 juta tentara, 19 divisi panser, 3.000 tank, 2.500 pesawat tempur, dan 7.000 artileri pada 22 Juni 1941.
Selain itu, Jerman juga mengerahkan 600.000 unit kendaraan bermotor dan 700.000 ekor kuda untuk menginvasi wilayah barat Uni Soviet yang berluaskan 2.900 kilometer.
Seminggu sebelum Jerman menyerang, Stalin, pemimpin Uni Soviet, sudah diperingatkan oleh Richard Sorge, mata-mata Soviet, bahwa Operasi Barbarossa akan dilakukan tanggal 22 Juni.
Pesan tersebut telah disampaikan kepada Stalin melalui sebuah surat.
Namun, Stalin yang saat itu meyakini bahwa perang tidak akan berlangsung setidaknya sampai satu tahun ke depan, memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut.
Akibatnya, Uni Soviet pun kurang persiapan. Sehingga di hari pertama Operasi Barbarossa berjalan, Jerman berhasil menghancurkan lebih dari 1.000 pesawat tempur Uni Soviet.
Dengan kondisi pasukan Uni Soviet yang tidak terkoordinasi dengan baik, Uni Soviet gagal menghalau Jerman.
Alhasil, pasukan Jerman berhasil masuk hingga hampir 500 kilometer ke dalam wilayah Uni Soviet.
Baca juga: Perjanjian Damai Pasca Perang Dunia 1
Akan tetapi, saat musim dingin tiba, tahun 1942, Uni Soviet mulai memukul mundur Jerman, karena Jerman tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi musim dingin.
Pasukan Jerman kesulitan menembus medan pertempuran karena artileri dan kendaraan berat mereka tertahan.
Tentara Jerman juga banyak yang tewas akibat kedinginan.
Melihat kondisi tersebut, bulan November, seluruh petinggi Jerman sempat melakukan rapat khusus untuk menentukan apakah operasi tetap dijalankan atau ditunda sampai musim semi tiba.
Hitler dengan tegas memilih untuk melanjutkan Operasi Barbarossa.
Dalam kondisi suhu yang sangat merosot hingga minus 30 derajat dan salju yang tebal, Jerman tetap melanjutkan serangannya.
Yang terjadi malah Uni Soviet berhasil memukul mundur Jerman keluar dari wilayah Uni Soviet.
Dampak yang dirasakan setelah Operasi Barbarossa dilancarkan adalah:
Referensi: