KOMPAS.com - Uni Soviet runtuh pada Desember 1991, setelah 69 tahun berdiri. Uni Soviet adalah negara dengan wilayah kekuasaan terbesar di dunia. Bahkan menjadi salah satu negara adikuasa pemenang Perang Dunia II. Hanya saja kejayaannya tidak bisa bertahan lama.
Penyebab utama keruntuhan Uni Soviet berawal dari kondisi ekonomi yang menurun pada 1980 dan berdampak negatif. Berikut faktor-faktor penyebab Uni Soviet runtuh, yaitu:
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia II
Dikutip dari buku Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012) oleh Wahjudi Djaja, disebutkan Mikhail Gorbachev yang saat itu mejabat Presiden Uni Soviet menerapkan Perestroika atau restrukturisasi politik dan ekonomi) pada 1985. Alasannya untuk memperbaiki krisis Uni Soviet.
Kebijakan Perestroika berusaha mengubah sistem komunisme menjadi lebih demokratis dengan tiga prinsip utama, yaitu Glasnost (keterbukaan politik), Democratizatsiya (demokratisasi) dan Rule of Law.
Seiring berjalannya waktu, kebijakan Perestroika justru menyebabkan kekacauan dan mempercepat Uni Soviet runtuh.
Kebijakan tersebut menimbulkan banyak pertentangan antara kelompok moderat, konservatif dan radikal tentang sistem komunisme di Uni Soviet.
Selain itu, kebijkan Perestroika juga memunculkan keinginan negara-negara bagian untuk memerdekakan diri dari Uni Soviet.
Pada tahun 1990, kekuasaan komunis mulai runtuh di negara-negara bagian Uni Soviet. Mereka menganggap bahwa sistem komunisme telah hancur karena tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Akhirnya negara-negara tersebut mulai melepaskan diri pada pertengahan tahun 1991. Uni Soviet secara resmi dibubarkan pada 25 Desember 1991 ditandai dengan mundurnya presiden Mikhail Gorbachev.
Baca juga: Perang Dunia II: Munculnya Negara Fasis
Dilansir dari buku Dari Uni Soviet hingga Rusia (2014) karya Andi Rafael Saputra, keruntuhan Uni Soviet memberikan dampak yang masif bagi aspek sosial, ekonomi dan politik dunia. Berikut dampak keruntuhan Uni Soviet: