Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Nama dan Sejarah Kabupaten Pemalang

Kompas.com - 07/10/2021, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Salah satunya yang sampai ke wilayah Pemalang adalah Raden Sida Wini, yang kemudian menanamkan pengaruhnya di bidang pemerintahan.

Raden Sida Wini sempat menjadi adipati Pemalang, pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Kanjeng Jinogo Hanyokro Kusumo atau Darul Ambyah dengan semangat Islam.

Pengangkatan dan pengakuan masyarakat Pemalang terhadap penguasa baru ini terjadi pada 24 Januari 1575, yang kemudian dijadikan sebagai tanggal kelahiran Kabupaten Pemalang.

Keadaan Pemalang pada abad ke-16 juga dapat diketahui dari catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W Fruin Mees, yang menyatakan bahwa pada 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja.

Dalam perkembangan selanjutnya, Pemalang menjadi daerah vasal Kesultanan Mataram.

Baca juga: Kerajaan Mataram Islam: Pendiri, Kehidupan Politik, dan Peninggalan

Kadipaten di bawah Kesultanan Mataram

Mulai 1622, Pemalang menjadi apanase (daerah kekuasaan) Pangeran Purbaya dari Mataram.

Raden Mangoneng, Pangonen atau Mangunoneng, adalah penguasanya yang berpusat di sekitar Dukuh Oneng, Desa Bojongbata.

Menurut beberapa sumber, Raden Mangoneng merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung kebijakan Sultan Agung karena sangat anti-VOC.

Pada sekitar 1652, Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang.

Menurut catatan Belanda, pada 1820 Pemalang diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya.

Pada masa ini, Pemalang berhubungan erat dengan Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang, seorang bupati yang terlibat dalam Perang Diponegoro.

Masa pemerintahan kolonial Belanda

Pada 1832, yang menjabat sebagai Bupati Pemalang adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro.

Pada periode ini, Pemalang sangat makmur karena hasil pertanian di daerahnya yang meliputi padi, kopi, tembakau, dan kacang, sangat melimpah.

Dalam laporan yang terbit pada awal abad ke-20, disebutkan bahwa Kabupaten Pemalang terbagi dalam lima distrik.

Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terletak di Desa Oneng, dibuktikan dengan keberadaan Dukuh Oneng yang masih bisa ditemukan di Desa Bojongbata hingga sekarang.

Sedangkan pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan dan sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang, yaitu di sekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan).

Kabupaten yang sekarang ini adalah pusat kabupaten yang ketiga, yang juga merupakan sisa bangunan peninggalan kolonial Belanda.

Dengan demikian, Kabupaten Pemalang telah menjadi suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan kolonial Belanda.

 

Referensi:

  • K.S, Yudiono. (2005). Cerita Rakyat dari Pemalang (Jawa Tengah). Jakarta: Grasindo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com