Di Namur, Prancis memiliki lima Angkatan darat yang ditempatkan di perbatasan mereka.
Prancis merencanakan serangan perang bernama Rencana XVII, dimaksudkan untuk merebut Alsace-Lorraine.
Tanggal 7 Agustus, Korps VII menyerang Alsace dengan maksud untuk merebut Mulhouse dan Colmar.
Serangan utama pun diluncurkan pada 14 Agustus, di mana Angkatan Darat ke-1 dan ke-2 menyerang Sarrebourg-Morhange di Lorraine.
Sesuai dengan Rencana Schlieffen, Jerman mundur.
Namun, pasukan cadangan Jerman kembali melakukan perlawanan.
Pada akhirnya, Angkatan Darat Jerman berhasil menyapu bersih Belgia, mengeksekusi warga sipil, dan menghancurkan desa-desa.
Baca juga: Dampak Perang Dunia I di Berbagai Bidang
Angkatan Darat Jerman berjarak 70 km dari Paris pada Pertempuran Marne Pertama yang berlangsung sejak 6-12 September.
Pasukan Prancis dan Britania memaksa Jerman untuk mundur dengan memanfaatkan celah yang muncul antara Angkatan Darat ke-1 dan ke-2, mengakhiri majunya Jerman menuju Prancis.
Angkatan Darat Jerman pun mundur ke utara Sungai Aisne dan berkubu di sana, membangun Front Barat yang statis yang berlangsung selama tiga tahun ke depan.
Sejak 19 Oktober hingga 22 November, pasukan Jerman terus berupaya melakukan terobosan terakhir mereka tahun 1914 selama Pertempuran Ypres.
Dalam pertempuran ini, Jerman melawan Prancis dengan menggunakan senjata kimia yang mematikan, yaitu gas air di Ypres.
Namun, keberhasilan serangan ini berhasil dicegah, karena Sekutu melawannya dengan memperkenalkan masker gas.
Pasca-pertempuran, Erich von Falkenhayn pun menilai bahwa tidak mungkin Jerman memenangkan perang.
Akhirnya, tanggal 18 November 1914, ia meminta solusi diplomatik, tetapi Kanselir Theobald von Bethmann-Hollweg, Paul von Hindenburg, dan Erich Ludendorff tidak setuju.
Baca juga: Perang Saudara Amerika: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Dampak