Setelah lulus, Djatikusumo menyandang pangkat sebagai Chudancho (Komandan Kompi). Ia ditugaskan di Daidan (Batalyon) I Tentara PETA Surakarta.
Pasca-kemerdekaan Indonesia, tahun 1945, dibentukla Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Djatikusumo ditunjuk untuk menjadi komandan BKR di Solo dan berpangkat Mayor.
Baca juga: Syekh Yusuf: Asal Usul, Perjuangan, dan Pengasingan
Setelah BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Djatikusumo menjabat sebagai Danyon I TKR.
Kemudian, Djatikusumo memimpin Divisi IV yang membentuk tiga resimen.
Masing-masing resimen tersebut terdiri dari empat batalyon dan wilayah yang meliputi Pekalongan, Semarang, dan Pati.
Kiprah Djatikusumo semakin melebar, bahkan ia naik pangkat menjadi kolonel pada saat dipercaya menjadi Gubernur Akademi Militer (Akmil) sejak tahun 1948 hingga tahun 1949.
Tidak hanya aktif di dunia militer, Djatikusumo juga berperan dalam bidang politik. Ia ditunjuk menjadi Duta Besar RI untuk Singapura sejak tahun 1958 hingga 1960.
Kemudian, tahun 1959 hingga 1960, ia menjabat sebagai Menteri Muda Perhubungan Darurat dan Pos, Telegraf dan Telepon pada Kabinet Kerja I.
Djatikusumo wafat pada 4 Juli 1992 di Jakarta.
Jenazahnya dikebumikan di Kompleks Makam Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Atas jasa dan perjuangannya, Djatikusumo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Megawati Soekarno Putri berdasarkan SK Presiden No. 073/TK/2002 pada 6 November 2002.
Referensi: