Kendati demikiran, negara-negara ini masih saling berebut kekuasaan atas perdagangan senjata dan budak.
Setiap negara saling bertukar senjata, di mana Tiku juga turut terlibat.
Tiku akhirnya bersekutu dengan pemimpin Bugis guna mengurangi adanya ketegangan konflik terkait perdagangan.
Pada Januari 1906, Tiku mengirim pengintai ke Sidareng dan Sawitto, sementara Belanda menyelidiki cara bertempur mereka.
Saat para pengintai melapor, mereka mengatakan bahwa pasukan Belanda memiliki kekuatan besar saat melawan pasukan Bugis.
Oleh sebab itu, Tiku memerintahkan pasukan di benteng-bentengnya untuk bersiap dan mulai mengumpulkan cadangan makanan berupa beras.
Sebulan kemudian, Luwu jatuh ke tangan pasukan Belanda, sehingga membuat Tiku dan pasukannya harus pindah ke pelosok.
Pada Maret 1906, kerajaan-kerajaan lain semuanya runtuh, meninggalkan Tiku sebagai penguasa Toraja terakhir.
Baca juga: Ranggong Daeng Romo: Peran, Perjuangan, dan Akhir Hidup
Tiku bersembunyi di bentengnya di Buntu Batu. Ia mengirim pasukan untuk memata-matai Belanda di Rantepao.
Pada 22 Juni, pasukannya melaporkan bahwa pada malam sebelumnya, sebuah batalion Belanda, sekitar 250rb pria dan 500 pengangkut berangkat ke desa tersebut.
Tiku kemudian memerintahkan agar jalanan segera disabotase.
Pada 26 Juni malam, pasukan Tiku menyerang pasukan Belanda di luar Lali' Londong, serangan di mana Belanda belum mempersiapkan apapun.
Belanda pun mengalami kekalahan.
Kekalahan ini lantas mendorong Tiku untuk memperkuat pasukannya. Mereka dipersenjatai senapan, tombak, pedang, dan ekstrak lada cabai.
Baca juga: Hasan Basry: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup
Namun, kekalahan Belanda ini tidak menghentikan penyerbuan dari Belanda.