Seorang bangsawan Bali bernama Tjokorda Gde Raka Soekawati pun terpilih untuk menjadi presiden Negara Indonesia Timur.
Ia memegang posisi ini pada periode 24 Desember 1946 sampai 17 Agustus 1950.
NIT memiliki kabinet parlementer yang ditunjuk oleh presiden, yaitu:
Baca juga: Iswahyudi: Pendidikan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidupnya
Pada 1950, terjadi pemberontakan di Kota Makassar yang dipimpin oleh Kapten Andi Azis.
Andi Azis menangkapi pejabat militer Angkatan Perang Republik Indonesia (APRIS), seperti Letkol Ahmad Yunus Mokoginta.
Tujuan penangkapan ini adalah untuk menghalangi pendaratan Batalyon APRIS dari Jawa yang dipimpin Mayor Worang.
Negara federal yang ingin dipertahankan oleh Andi Azis dalam pemberontakannya adalah Negara Indonesia Timur.
Perdana Menteri RIS, Mohammad Hatta, mengumumkan bahwa NIT tidak terlibat dalam pemberontakan Andi Azis ini.
Andi Azis yang dianggap melanggar disiplin militer pun menyerahkan diri kepada pemerintah.
Namun, hal ini tidaklah meredakan kondisi di Makassar, justru semakin membesar.
Setelah itu, semakin banyak pasukan APRIS dari Jawa yang masuk ke Makassar dan menyebar ke Indonesia Timur.
Kedatangan pasukan dari Jawa ini kemudian menjadi salah satu penyebab bubarnya NIT, yang didukung kaum republiken di Makassar.
Negara Indonesia Timur pun bubar dan seluruh wilayahnya melebur ke dalam Republik Indonesia pada 17 Agustus 1950.
Referensi: