Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andi Mappanyukki: Kiprah dan Perjuangannya

Kompas.com - 14/06/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Andi Mappanyukki adalah seorang pejuang serta bangsawan tertinggi di Sulawesi Selatan. 

Ia memimpin para raja di Sulawesi Selatan untuk bersatu dan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1950. 

Baca juga: Karel Sadsuitubun (KS Tubun): Peran, Kiprah, dan Pembunuhannya

Kehidupan

Andi Mappanyukki lahir pada 1885. Ia adalah putra dari Raja Gowa ke XXXIV, yaitu I'Makkulau Daeng Serang Karaengta Lembang Parang Sultan Husain Tu Ilang ri Bundu’na (Somba Ilang). 

Sejak Andi berusia 20 tahun, ia telah ikut berperang dan mengangkat senjata untuk mengusir kolonial Belanda.

Perang yang ia jalani saat itu guna mempertahankan pos pertahanan Kerajaan Gowa di daerah Gunung Sari. 

Pada 1931, atas usul dari Dewan Adat, ia pun diangkat menjadi Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim, sehingga ia bernama lengkap Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim.

Baca juga: Teuku Nyak Arif: Kehidupan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidupnya

Kiprah

Semasa kepemimpinannya ini, Andi pun dengan tegas mengatakan menolak untuk bekerja sama dengan Belanda. 

Andi mengatakan "Aku tidak buta dengan mentega dan mulut saya tidak dapat ditutup dengan roti, dan tidak bisa saya menjadi licin dengan susu".

Karena Andi menolak untuk bekerja sama dengan Belanda, ia pun diasingkan oleh Belanda selama 3,5 tahun di Ratenpao, Tanah Toraja.

Ia diasingkan bersama dengan istrinya, I' Mane'ne Karaengta Ballasari. 

Pada 18 April 1967, di Jongaya, Andi Mappanyukki meninggal dunia. 

Jenazahnya pun disemayamkan di pemakaman para raja Gowa atau Bone lainnya. Namun, oleh pemerintah, ia diletakkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar.

Baca juga: Rasuna Said: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Penghargaan

Atas integritasnya sebagai pejuang yang pantang menyerah kepada Belanda, ia pun menjadi suri tauladan bagi putra-putrinya untuk terus berjuang.

Oleh sebab itu, atas sumbangsihnya, Andi pun dianugerahkan gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keppres No. 089/TK/2004, pada 5 November 2004. 

Referensi:

  • Kahin, Audrey. (1985). Regional dynamics of the Indonesian Revolution. University of Hawaii Press.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com