Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oemar Said Tjokroaminoto: Kehidupan, Peran, dan Gerakan Islam

Kompas.com - 02/06/2021, 14:26 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Tjokroaminoto adalah seorang tokoh nasionalis Indonesia. 

Ia dikenal dengan julukan Raja Jawa tanpa Mahkota.

Tjokroaminoto menjadi salah satu pelopor gerakan buruh di Indonesia dan menjadi guru bagi beberapa tokoh ternama, salah satunya Soekarno. 

Pada 1912, Tjokroaminoto menjadi pemimpin dari organisasi politik pertama Indonesia, yaitu Sarekat Dagang Islam atau Sarekat Islam, yang didirikan oleh Haji Samanhudi. 

Baca juga: Basuki Rahmat: Kehidupan, Kiprah, dan Akhir Hidup

Kehidupan

Tjokroaminoto lahir di Ponorogo, 16 Agustus 1882. Ia merupakan anak kedua dari 12 bersaudara. 

Ayahnya bernama RM. Tjokroaminoto (Bupati Kleco, Jawa Timur), sedangkan sang kakek bernama RMA. Tjokronegoro (Bupati Ponorogo). 

Berdasarkan dari silsilahnya, pendidikan Tjokroaminoto lebih diarahkan ke dalam pendidikan untuk pegawai negeri. 

Pada 1902, Tjokroaminoyo lulus dari Opleiding Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) atau sekolah pegawai negeri adat di Magelang. 

Setelah lulus, ia bekerja sebagai salah satu pegawai negeri di Ngawi selama tiga tahun, 1902 sampai 1905. 

Lalu, pada 1906, Tjokroaminoto berpindah ke Surabaya, di sanalah ia bertemu dengan Samanhudi, pendiri serta pemimpin Serikat Buruh Islam (SDI).

Di malam hari Tjokroaminoto mengisi waktunya dengan bersekolah di Burgerlijke Avond School (BAS) atau sekolah teknik mesin selama beberapa tahun. 

Selesai di BAS, ia bekerja di pabrik gula pada 1907 sampai 1912. 

Tjokroaminoto menulis untuk Bintang Soerabaja setiap harinya dan menjadi asisten staf. 

Baca juga: Maria Walanda Maramis: Kehidupan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Kiprah Politik

Tulisan yang Tjokroaminoto tuangkan dalam Bintang Soerabaja adalah kritik untuk pemerintah Hindia Belanda. 

Surat kabar yang ia tulis pun laris terjual. Hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Hindia Belanda sendiri. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com