Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Nasional Indonesia (PNI): Pendirian, Tokoh, dan Perkembangan

Kompas.com - 02/05/2021, 12:16 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah nama yang digunakan oleh beberapa partai politik Indonesia sejak tahun 1927 sampai tahun 2000-an.

PNI pertama kali didirikan oleh Soekarno pada 4 Juli 1927 di Bandung. 

Partai Nasional Indonesia sendiri menjadi partai politik tertua yang diketuai oleh Tjipto Mangoenkoesoemo, Sartono, Iskak Tjokroadisurjo, dan Sunaryo.

Baca juga: Partai-partai pada Masa Demokrasi Liberal

Lahirnya Partai PNI

Partai Nasional Indonesia lahir sebagai organisasi untuk mengekspreksikan rasa nasionalisme Indonesia pada masa pra kemerdekaan. 

Kemudian pada 4 Juli 1927, Soekarno, membentuk sebuah gerakan yang dinamakan Persatuan Nasional Indonesia.

Kemudian pada Mei 1928, terjadi perubahan nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Tujuan adanya organisasi ini adalah kemandirian ekonomi dan politik untuk kepulauan Indonesia.

PNI sendiri dibentuk didasarkan pada gagasan untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda.

Pada akhir Desember 1929, PNI memiliki sebanyak 10.000 anggota. 

Hal ini kemudian membuat para pihak berwenang merasa khawatir, sehingga Soekarno dan tujuh pemimpin partai lainnya ditangkap pada Desember 1929. 

Mereka diadili karena dianggap mengancam ketertiban umum. 

Akibat permasalahan ini, PNI pun dibubarkan pada 25 April 1931. 

Sampai akhirnya, pada 19 Agustus, Soekarno yang baru saja dilantik menjadi Presiden dalam rapat bersama PPKI mengusulkan untuk membentuk negara partai sebagai media bagi rakyat dalam mendukung pemerintah.

PPKI kemudian mendirikan partai negara yang dinamai Partai Nasional Indonesia, diambil dari nama partai pra-perang Soekarno. 

Baca juga: Kabinet Indonesia Bersatu I dan II

Tokoh

  1. Tjipto Mangunkusumo
  2. Sartono
  3. Iskaw Tjokrohadisuryo
  4. Sunaryo
  5. Soekarno
  6. Moh. Hatta
  7. Gatot Mangkoepradja
  8. Soepriadinata
  9. Maskun Sumadiredja
  10. Amir Sjarifuddin
  11. Wilopo
  12. Hardi
  13. Suwiryo
  14. Ali Sastroamidjojo
  15. Djuanda Kartawidjaja
  16. Mohammad Isnaeni
  17. Supeni
  18. Sanusi Hardjadinata
  19. Sarmidi Mangunsarkoro

Baca juga: Kabinet Indonesia Maju: Latar Belakang, Susunan, dan Program Kerja

Perkembangan PNI

1929

PNI dianggap membahayakan Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan sehingga Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah penangkapan.

Perintah tersebut diberikan pada 24 Desember 1929 dan penangkapan baru dilakukan tanggal 29 Desember 1929 terhadap para tokoh PNI di Yogyakarta.

Mereka adalah Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja.

1930

Para tokoh diadili pada 18 Agustus 1930.

Setelahnya mereka dimasukkan ke penjara Sukamiskin, Bandung.

1931

Pimpinan PNI, Soekarno, diganti oleh Sartono. Kemudian Sartono membubarkan PNI dan membentuk Partindo pada 25 April 1931.

Namun, hal tersebut ditolak oleh Moh. Hatta, sehingga dibentuk kembali PNI-Baru atau Pendidikan Nasional Indonesia.

1955

PNI memenangkan pemilu 1955

1973

PNI bergabung dengan empat peserta pemilu 1971 dan terbentuk Partai Demokrasi Indonesia

1999

PNI menjadi peserta pemilu 1999.

2002

PNI berubah nama menjadi PNI Marhaenisme dipimpin oleh Sukmawati Soekarnoputri, anak dari Soekarno.

Baca juga: Kabinet Pembangunan I-VII: Susunan, Program Kerja, dan Kejatuhan

 

Referensi:

  • Murni, SPD. (2005). Pergerakan Nasional Indonesia. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU.
  • Malik, Adam. (1982). Mengabdi Republik. Jakarta: Gunung Agung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com