Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja-Raja Kerajaan Cirebon

Kompas.com - 27/04/2021, 16:44 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat yang berdiri pada abad ke-15 hingga abad ke-16 masehi.

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Walangsungsang alias Pangeran Cakrabuana, putra Raja Pajajaran.

Lokasi Kerajaan Cirebon yang terletak di pantai utara Pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran.

Selain itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal usat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

Raja-raja Kerajaan Cirebon

Pangeran Cakrabuana (... - 1479 M)

Pangeran Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran yang mempunyai nama kecil Raden Walangsungsang.

Setelah remaja, ia dikenal dengan nama Kian Santang.

Sebagai anak sulung, Pangeran Cakrabuana tidak mendapatan haknya sebagai putra mahkota Kerajaan Pajajaran karena memeluk Islam.

Ketika kakeknya, Ki Gedeng Tapa, sang penguasa pesisir utara Jawa wafat, Pangeran Cakrabuana justru mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon.

Dengan demikian, Pangeran Cakrabuana dianggap sebagai pendiri Kesultanan Cirebon.

Sepulang ibadah haji, Pangeran Cakrabuana dikenal sebagai Haji Abdullah Iman yang aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.

Baca juga: Karya Sastra Peninggalan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

Sunan Gunung Jati (1479 - 1568 M)

Pada 1479, kedudukan Pangeran Cakrabuana digantikan oleh putra adiknya yang bernama Syarif Hidayatullah.

Setelah wafat, Syarif Hidayatullah dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah.

Pada masa kepemimpinannya, Kesultanan Cirebon mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat baik di bidang agama, politi, maupun perdagangan.

Di sektor politik, Cirebon mampu merebut pelabuhan Sunda Kelapa bersama Demak pada 1527 untuk membendung pengaruh Portugis.

Sementara di bidang perekonomian, Sunan Gunung Jati menitikberatkan pada perdagangan dengan berbagai bangsa, seperti Campa, Malaka, India, Cina, dan Arab.

Sunan Gunung Jati kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat.

Fatahillah (1568 - 1570 M)

Setelah Sunan Gunung Jati wafat, sempat terjadi kekosongan kekuasaan. Bahkan Kesultanan Cirebon mulai diincar oleh VOC.

Kekosongan ini kemudian diisi oleh pejabat keraton yang melaksanakan tugas ketika Sunan Gunung Jati berdakwah, yaitu Fatahillah.

Namun, Fatahillah hanya menjabat selama dua tahun karena pada 1570 dirinya wafat.

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Samudera Pasai

Panembahan Ratu I (1570 - 1649 M)

Setelah Fatahillah wafat, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran Emas.

Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.

Panembahan Ratu II (1649 - 1677 M)

Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim menggantikan kakeknya, Panembahan Ratu I, yang wafat pada 1649.

Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama Panembahan Adiningkusuma, yang juga dikenal sebagai Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II.

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Cirebon terjepit antara dua kekuasaan, yaitu Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram.

Saat Panembahan Ratu II wafat pada 1677 di Kartasura, terjadilah kekosongan kekuasaan.

Setelah itu, Kesultanan Cirebon terpecah menjadi tiga, yang masing-masing berkuasa dan menurunkan para sultan berikutnya.

 

Referensi:

  • Srinansy dan Rachadian, Harry. (2010). Ensiklopedia Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Bandung: Multi Kreasi Satu Delapan.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com