Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Prasasti Minye Tujoh, Syair Berbahasa Melayu Tertua

Prasasti ini ditemukan di Gampong Meunye Tujoh, Kecamatan Pirak Timur, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Prasasti Minye Tujoh menyimpan banyak keunikan sekaligus misteri, hingga mengundang rasa penasaran sejumlah ahli.

Dari hasil pembacaan sejumlah ahli, isi prasasti ini berupa syair yang ditulis dalam bahasa Arab dan Melayu, kemudian menggunakan aksara Jawi dan aksara Sumatera Kuno.

Prasasti Minye Tujoh berasal dari abad ke-14 dan isinya diyakini sebagai syair berbahasa Melayu tertua.

Isi Prasasti Minye Tujoh

Prasasti Minye Tujoh yang berada di bagian kepala (prasasti A), memuat delapan baris isi yang ditulis dalam bahasa Arab dan aksara Jawi.

Sedangkan Prasasti Minye Tujoh yang berada di bagian kaki makam (prasasti B), memuat delapan baris isi yang ditulis dalam bahasa Melayu dan aksara Sumatera Kuno.

Prasasti Minye Tujoh A pertama kali diterjemahkan oleh Djajadiningrat pada 1936, kemudian oleh L Kalus pada 2005.

Sedangkan Prasasti Minye Tujoh B pertama kali diterjemahkan oleh WF Stutterheim pada 1936 dengan bantuan Djajadiningrat.

Stutterheim mengakui bahwa dalam pembacaan prasasti ini masih mengandung banyak ketidakpastian karena adanya bentuk beberapa aksara yang tidak lazim.

Hal itu disebabkan oleh pengaruh huruf Arab atas aksara Sumatera Kuno.

Terjemahan itu kemudian diteliti lebih lanjut oleh beberapa ahli, seperti GE Marrison (1951), De Casparis (1975), W van der Molen (2007), serta Guillot dan Kalus (2008).

Pada masing-masing nisan, terdapat tulisan hari, tanggal, dan tahun.

Satu hal yang janggal, meski hari dan tanggal di kedua batu nisan ini sama, tahunnya berbeda, yakni 781 H/1380 M dan 791 H/1389 M, atau selisih sepuluh tahun.

Para ahli menduga, perbedaan tahun mungkin disebabkan oleh kesalahan penulisan pada salah satu tahunnya.

Sepasang nisan ini digunakan untuk memperingati kematian putri seorang sultan di Minye Tujuh, Aceh.

Menurut Stutterheim, nama orang yang dimakamkan adalah Raja Iman Varda Rahmatallah, putri Sultan Malik Al-Zahir.

Gelar Malik al-Zahir diketahui dipakai oleh beberapa sultan Kerajaan Samudera Pasai.

Berikut ini isi Prasasti Minye Tujoh berdasarkan terjemahan menurut Stutterheim.

[Setelah] hijrah Nabi-Yang terpilih-dia (perempuan) yang mangkat
Tujuh ratus delapan puluh dan satu tahun
Pada Dzulhijjah, pada keempat belas, Jumat
[Ialah] Ratu Iman Varda (?) Rahmatallah
Dari wangsa Bharuba (?), yang mempunyai hak atas Kedah dan Pasai
Memiliki tunas... seluruh dunia
Allah, ya Tuhanku, Tuhan Alam Semesta
Duduklah Tuhan utama [kita] di dalam surga

Para ahli mengakui bahwa tidak mudah membuka rahasia Prasasti Minye Tujoh.

Pasalnya, terdapat bagian yang mudah dibaca, tetapi ada pula bagian lain yang sangat sukar dimengerti.

Kendati demikian, Prasasti Minye Tujoh diyakini berperan penting untuk menunjukkan bentuk terawal dari syair Melayu yang sudah ada pada abad ke-14.

Hal itu jauh lebih tua dari asumsi umum yang menyatakan bahwa syair Melayu muncul pada sekitar tahun 1600.

Selain itu, penggunaan aksara dan bahasa dalam Prasasti Minye Tujoh menunjukkan transisi budaya di Sumatera bagian utara pada akhir abad ke-14, di mana pengaruh Arab dan Persia mulai menggantikan pengaruh Hindu-Buddha.

Referensi:

  • Guillot, Claude, dan Ludvik Kalus. (2008). Inskripsi Islam Tertua di Indonesia (Terjemahan). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/04/110000979/prasasti-minye-tujoh-syair-berbahasa-melayu-tertua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke