Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sukitman, Polisi yang Lolos dari Tragedi G30S di Lubang Buaya

Sukitman adalah seorang polisi muda yang sempat ikut diculik ke Lubang Buaya di Cipayung, Jakarta Timur, bersama para jenderal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).

Sukitman tidak hanya menjadi saksi hidup peristiwa G30S, tetapi juga berperan dalam penemuan sumur tua di Lubang Buaya, yang menjadi lokasi pembuangan tujuh jenazah anggota TNI AD korban G30S.

Bagaimana Sukitman bisa lolos dan mengapa ia tidak dibunuh?

Sukitman, korban G30S yang selamat

Sukitman lahir di Cimanggu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada 1943.

Di usia 18 tahun, ia lulus seleksi masuk Sekolah Polisi Negara di Kramat Jati, Jakarta Timur.

Pada 1963, Sukitman menyelesaikan pendidikannya dan dilantik menjadi Agen Polisi Tingkat II.

Ia kemudian memulai karier di Markas Polisi Seksi VIII Kebayoran, Jakarta.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Sukitman sedang berpatroli di Jalan Iskandarsyah, Jakarta Pusat, dekat kediaman Mayjen DI Pandjaitan, salah satu target penculikan G30S.

Karena mendengar suara tembakan, Sukitman mendekat ke arah sumber suara.

Nahas baginya, ia justru diadang oleh Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa yang terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan menjadi bagian G30S.

Tidak hanya itu, Sukitman turut diangkut bersama Mayjen DI Pandjaitan ke Lubang Buaya, dalam keadaan mata tertutup dan tangan terikat.

Peristiwa itu menjadikan Sukitman sebagai salah satu saksi hidup peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh perwira TNI AD.

Kenapa Sukitman tidak dibunuh?

Sebagai saksi hidup, keberadaan Sukitman tentunya dapat menjadi ancaman bagi para pelaku G30S.

Oleh karena itu, Sukitman sebenarnya juga hendak dibunuh di Lubang Buaya, tetapi dicegah oleh Ishak Bahar.

Ishak Bahar adalah seorang Sersan Mayor dari Batalion Cakrabirawa yang ditugaskan untuk menjaga Lubang Buaya oleh Letkol Untung, pemimpin Batalion I Cakrabirawa.

Ketika para pasukan Cakrabirawa sibuk mengurusi jenazah jenderal TNI AD, Ishak meminta Sukitman bersembunyi di dalam mobil jip agar tidak ditembak.

Karena itulah, Sukitman bisa selamat dan lolos dari eksekusi di Lubang Buaya.

Penemu lokasi pembuangan tujuh korban G30S

Setelah lolos dari maut karena tertidur pulas di dalam mobil jip, Sukitman dibawa ke Cijantung untuk dilaporkan ke Sarwo Edhie, Komandan RPKAD.

Setelah diyakinkan Sarwo Edhie, Sukitman membeberkan pengalamannya di Lubang Buaya.

Berdasarkan petunjuk Sukitman itulah, sumur tua yang menjadi tempat pembuangan tujuh perwira TNI AD korban G30S ditemukan pada 3 Oktober 1965.

Atas jasa-jasanya, Sukitman mendapatkan kenaikan pangkat dari sebelumnya Ajun Komisaris Polisi (AKP) menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP).

Ia bertugas di Polri sejak 1963 hingga pensiun pada 1998. Sukitman meninggal pada 2007 dalam usia 64 tahun, di Depok, Jawa Barat.

Referensi:

  • Pusat Data dan Analisa Tempo. (2019). Kisah Mencekam Perebutan Bandara Halim Perdanakusuma pada Pemberontakan G30S. Jakarta: Tempo Publishing.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/29/210000779/sukitman-polisi-yang-lolos-dari-tragedi-g30s-di-lubang-buaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke