Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Isi Ramalan Jayabaya Terhadap Kedatangan Jepang ke Indonesia

Ia juga dikenal dengan gelar resminya Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa,

Berkat kebijaksanaannya, Kerajaan Kediri berhasil meraih puncak kemakmuran di bawah pemerintahannya.

Jayabaya terkenal karena ramalannya yang dikenal sebagai "Jangka Jayabaya" yang telah terbukti akurat dalam beberapa kasus di tanah Jawa.

Menurut D Soesetro dan Zein al Arif dalam bukunya "Menguak Rahasia Ramalan Jayabaya" (2012), banyak yang mempercayai ramalan Jayabaya karena telah terbukti terjadi di tanah Jawa dan ramalannya diperkirakan akan relevan hingga 2100.

Selain itu, Jayabaya juga sering dihubungkan dengan keturunan Dewa Kebijaksanaan, Brahma, atau dianggap sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu yang bertugas melindungi dan memelihara.

Kekuatan magis Jayabaya dipercayai berasal dari ayahnya, Gendrayana, yang merupakan keturunan legendaris Pandawa Lima dan garis keturunan Arjuna, anak Dewa Indra.

Ramalan mengenai penjajahan

Karena kedudukan sebagai raja dan dipercayai sebagai keturunan dewa, kitab-kitab yang dikarang Jayabaya diterima dengan penuh penghormatan oleh masyarakat.

Salah satu prediksi terkenal yang disampaikan oleh Jayabaya berkaitan dengan peristiwa penjajahan oleh bangsa asing di Pulau Jawa.

Jayabaya meramalkan, "Bila Pulau Jawa tinggal selebar daun kelor, maka akan ada wiring kuning dedege cebol kepalang (jago kate berbulu kuning) yang menguasai Pulau Jawa selama seumur jagung".

Arti ramalannya adalah suatu hari bangsa berkulit putih akan datang dan menguasai Pulau Jawa.

Namun, dia juga mengatakan bahwa hanya orang-orang dengan kulit kuning dari utara yang akan bisa mengalahkan bangsa kulit putih tersebut dan berganti menguasai Pulau Jawa untuk waktu singkat.

Menariknya, ramalan ini menjadi kenyataan saat Indonesia dijajah oleh Belanda (yang berkulit putih) selama hampir tiga abad.

Kemudian, Indonesia dijajah oleh Jepang (yang berkulit kuning) yang berhasil mengalahkan Belanda pada 1942.

Masyarakat Jawa melihat pencapaian ini sebagai realisasi dari ramalan Jayabaya yang telah ada selama 800 tahun.

Fakta uniknya adalah bahwa ramalan Jayabaya sangat terkenal sejak masa penjajahan yang mampu memberikan semangat baru dan digunakan secara politis, seperti yang ditunjukkan oleh MH. Thamrin pada sidang Volksraad tahun 1934.

Thamrin memperingatkan pemerintah Belanda bahwa ramalan Jayabaya ini sangat populer di kalangan masyarakat dan masa penjajahan Belanda segera berakhir kemudian digantikan oleh bangsa lain.

Belanda bahkan merespons ramalan tersebut dengan memperhatikan sosok yang mirip dengan tokoh dalam ramalan.

Penjajahan Jepang

Setelah berabad-abad penjajahan oleh Belanda, Jepang akhirnya muncul sebagai kekuatan militer yang baru pada 1942.

Mereka berhasil memasuki Indonesia bukan hanya karena masyarakat menantikan isi ramalan Jayabaya, tetapi juga karena melakukan berbagai cara untuk mempengaruhi orang Indonesia.

Salah satunya adalah dengan menyebarkan pesan bahwa Jepang adalah pemimpin Asia, saudara tua bagi Indonesia, dan datang untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah Jepang benar-benar berkuasa di Indonesia hanya dalam waktu singkat seumur jagung, seperti yang terdapat dalam ramalan Jayabaya?

Pada awalnya, ramalan tersebut dianggap tidak akurat karena masyarakat mengira bahwa "seumur jagung" mengacu pada periode singkat sekitar 3,5 bulan.

Namun, pada kenyataannya, Jepang menduduki Indonesia selama 3,5 tahun (1942-1945).

Selama masa ini, rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang sangat parah, bahkan lebih daripada selama penjajahan Belanda.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, baru kemudian masyarakat memahami bahwa makna seumur jagung dalam ramalan Jayabaya berbeda dengan yang awalnya diartikan.

Dalam konteks ramalan tersebut, "seumur jagung" mengacu pada periode pertumbuhan biji jagung sejak keluar dari tanah hingga tidak dapat digunakan lagi sebagai biji.

Proses ini ternyata bisa berlangsung hingga sekitar 3,5 tahun.

Dalam salah satu bait serat Jokolodang, terdapat kutipan yang mengindikasikan waktu yang tepat untuk munculnya keadilan, yaitu di pertengahan tahun (tahun Jawa 1877) yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi, ketika bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.

Berikut isi baitnya: 

"Sangkalane maksih nunggal jamanipun. Neng sajroning madya akhir. Wiku Sapta Ngesthi Ratu Adil parimarmeng dasih........"

Referensi:

  • D Soesetro & Zein al Arif. (2012). Menguak Rahasia Ramalan Jayabaya.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/25/120000879/isi-ramalan-jayabaya-terhadap-kedatangan-jepang-ke-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke