Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Brexit: Latar Belakang dan Proses Keluarnya Inggris dari Uni Eropa

Brexit merupakan singkatan dari "British Exit" yang merujuk pada keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (UE).

Apa latar belakang Brexit dan bagaimana proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa?

Latar belakang Brexit

Brexit merupakan keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (UE).

Keputusan ini bukanlah keputusan tiba-tiba, tetapi merupakan hasil dari sejumlah faktor dan peristiwa yang berkembang selama beberapa dekade.

Inggris bergabung dengan Komunitas Ekonomi Eropa (EEC) pada 1973.

Waktu itu, Inggris bergabung dengan tujuan untuk menjadi bagian dari pasar bebas Eropa dan meningkatkan kerja sama ekonomi dengan negara-negara lain di Eropa.

Seiring berjalannya waktu, EEC berkembang menjadi Uni Eropa (UE).

Namun, selama bertahun-tahun menjadi anggota UE, Inggris merasa tidak puas dengan beberapa kebijakan dan peraturan yang dibuat.

Inggris merasa keberatan dengan banyaknya regulasi ekonomi dan kebijakan imigrasi yang dianggap terlalu longgar.

Selain itu, ada kekhawatiran Inggris tentang sejumlah besar uang yang harus mereka bayar sebagai kontribusi keuangan kepada UE.

Proses Brexit

Pada 2016, Pemerintah Inggris di bawah pimpinan Perdana Menteri David Cameron mengadakan referendum yang menanyakan kepada warganya apakah mereka ingin tetap berada di UE atau keluar dari UE.

Hasilnya, mayoritas memilih untuk keluar dari UE. Ini menjadi perdebatan dalam politik Inggris yang kemudian memicu proses Brexit.

Setelah referendum, David Cameron mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Theresa May.

Tugas May adalah melanjutkan negosiasi dengan UE mengenai persyaratan keluarnya Inggris.

Periode negosiasi ini sangat rumit dan memakan waktu bertahun-tahun.

Negosiasi antara Inggris dan UE akhirnya menghasilkan Kesepakatan Brexit pada 2019.

Kesepakatan ini mencakup banyak aspek, termasuk hak warga UE di Inggris dan sebaliknya, pembayaran keluarnya Inggris kepada UE, serta perbatasan antara Irlandia Utara (bagian dari Inggris) dan Republik Irlandia (anggota UE).

Setelah Inggris keluar dari UE, mereka masuk ke dalam periode transisi hingga akhir 2020. Selama periode ini, Inggris dan UE masih berdagang dan berbisnis seperti biasa.

Namun, mereka tetap harus mencapai target kesepakatan perdagangan baru sebelum akhir tahun tersebut agar sektor ekonomi keduanya tetap berjalan lancar.

Pada Desember 2020, mereka berhasil mencapai kesepakatan perdagangan baru yang mencakup banyak sektor ekonomi sebagai upaya untuk menjaga hubungan dagang antara Inggris dan UE serta mengurangi dampak negatif Brexit terhadap ekonomi.

Faktor-faktor yang mendorong Brexit

Apa saja faktor yang mendorong keluarnya Inggris dari UE?

Imigrasi

Salah satu faktor paling mencolok adalah masalah imigrasi. Selama beberapa tahun terakhir, Inggris menyaksikan peningkatan signifikan dalam jumlah imigran yang datang ke Inggris, terutama dari negara-negara anggota UE, seperti Polandia dan Rumania.

Banyak pendukung Brexit merasa bahwa tingginya imigrasi ini mengancam lapangan pekerjaan, menyebabkan tekanan pada layanan kesehatan, dan menciptakan masalah keamanan.

Mereka menginginkan kontrol yang lebih ketat terhadap siapa yang dapat datang ke Inggris.

Kedaulatan nasional

Faktor kedua adalah kedaulatan nasional. Beberapa pendukung Brexit merasa bahwa keanggotaan Inggris di UE mengorbankan kemandirian dan kedaulatan nasional.

Mereka berpendapat bahwa banyak keputusan penting tentang hukum, regulasi, dan perdagangan dibuat di tingkat UE, dan Inggris tidak memiliki kontrol penuh atas kebijakan-kebijakan tersebut.

Ketidakpuasan terhadap regulasi UE

Sebagian orang di Inggris merasa bahwa regulasi ekonomi UE, seperti yang berlaku untuk bisnis dan perdagangan, terlalu rumit dan membebani.

Mereka ingin Inggris memiliki fleksibilitas lebih besar dalam menetapkan regulasi ekonomi mereka sendiri.

Misalnya, Inggris ingin mengubah aturan perdagangan mereka tanpa harus bergantung pada persetujuan UE.

Sentimen nasionalis

Nasionalisme adalah faktor penting dalam mendukung Brexit. Beberapa pendukung Brexit merasa bahwa Inggris akan lebih baik jika mempertahankan identitas nasional mereka dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang lebih independen. 

Sentimen ini seringkali mencakup kebanggaan akan sejarah, budaya, dan tradisi nasional, serta keyakinan bahwa Inggris mampu mengelola urusan mereka sendiri tanpa campur tangan eksternal.

Perpecahan dalam Partai Konservatif

Perpecahan dalam Partai Konservatif adalah fenomena yang melibatkan berbagai figur penting dalam politik Inggris.

Di satu sisi, ada kelompok yang dikenal sebagai "Remainers" yang mendukung tetap berada di Uni Eropa (UE).

Figur utama, seperti mantan perdana menteri David Cameron dan anggota kabinet George Osborne, termasuk dalam kategori ini.

Di sisi lain, ada kelompok "Leavers" mendukung Inggris keluar dari UE. Kelompok ini didukung figur terkemuka seperti Boris Johnson yang kemudian menjadi perdana menteri, serta anggota parlemen Jacob Rees-Mogg.

Perpecahan ini menciptakan ketegangan internal dalam partai yang mengganggu stabilitas politik dalam proses keputusan Brexit. 

Referensi:

  • Smith, J. A. (2020). Brexit and Its Economic Implications. International Journal of Economics, 45(2), 78-92.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/12/170000479/brexit--latar-belakang-dan-proses-keluarnya-inggris-dari-uni-eropa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke