Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Oppenheimer, Pencipta Bom Atom Amerika yang Menyesali Temuannya

Bom yang ia rakit bersama koleganya tersebut telah benar-benar menjadi senjata paling menakutkan sepanjang sejarah peperangan.

Dalam pembicaraan dengan Truman selaku Presiden Amerika Serikat pascapengeboman Jepang, Oppenheimer mengakui rasa bersalahnya telah menciptakan senjata berbahaya itu.

Berikut ulasan tentang Oppenheimer dan keterlibatannya dalam pembuatan bom atom yang membunuh ratusan ribu orang.

Masa kecil dan riwayat pendidikan

Nama lengkapnya adalah Julius Robert Oppenheimer. Ia lahir pada 22 April 1904 di keluarga pengusaha tekstil di New York.

Terlahir dari keluarga berada memberi kesempatan pada Oppenheimer mengenyam pendidikan yang cukup untuk menunjang kompetensi dirinya.

Oppenheimer mengenyam pendidikan di Ethical Culture Fieldston School ( ECFS ) dan melanjutkan studi sarjana di Universitas Harvard.

Ia menguasai beberapa bahasa, di antaranya Latin dan Yunani, serta memiliki kompetensi yang mapan di bidang kimia.

Setelah selesai studi sarjana pada 1925, ia berlayar menuju Inggris melakukan studi penelitian di Laboratorium Cavendish Universitas Cambridge.

Di sana, ia mulai bergabung dengan komunitas ilmuwan di Inggris dalam memajukan pengembangan dan penelitian atom.

Pada 1926, ia melanjutkan studi fisika di Universitas Gottingen dan selesai pada 1927.

Dalam studi ini, ia bertemu fisikawan terkemuka seperti Niels Bohr dan Paul Adrien Maurice Dirac atau PAM Dirac.

Tidak lama setelah itu, ia kembali ke Amerika dan mengajar fisika di Universitas California dan Institut Teknologi California.

Pada 1939, Albert Einsten mengirim surat kepada Presiden Amerika, Roosevelt, tentang isu Jerman yang membangun senjata nuklir yang amat berbahaya bagi manusia.

Amerika kala itu kemudian sepakat membuat proyek bom atom untuk mengimbangi Jerman agar tak semena-mena atas senjata berbahaya itu.

Proyek pembuatan bom atom itu dikenal dengan nama Proyek Manhattan.

Pada 1943, Oppenheimer ditarik oleh pemerintah Amerika untuk bergabung dalam Proyek Manhattan.

Keterlibatan dalam proyek bom atom

Dalam Proyek Manhattan, Oppenheimer mengemban amanat penting sebagai direktur utama dan pemimpin para ilmuwan lain yang terlibat.

Oppenheimer diinstruksikan mendirikan dan mengelola laboratorium untuk melaksanakan tugas ini.

Pada 1943, ia memilih dataran tinggi Los Alamos, dekat Santa Fe, New Mexico, sebagai laboratorium basis pengembangan bom atom.

Pada 16 Juli 1945, proyek bom pertamanya telah jadi dan siap diuji coba keefektifannya dengan memilih wilayah di dekat Alamogordo, New Mexico.

Bom pertama yang diberi nama Gadget itu berhasil meledak secara dahsyat sehingga membentuk kawah di permukaan tanah sedalam 8 meter dengan diameter 800 meter.

Keberhasilan ini langsung direspons cepat oleh pemerintah Amerika dengan penyiapan perakitan bom Little Boy dan Fatman di Tinian, berselang beberapa jam setelah uji coba.

Pada 6 Agustus 1945 , Little Boy diterbangkan menggunakan pesawat B-29 menuju Hiroshima dan dijatuhkan tepat pada pukul 8.15.

Berselang 45 detik, bom langsung meledak di ketinggian 580 meter di atas Rumah Sakit Shima dan sekejap juga suhu permukaan tanah menjadi 7.000 C dan membunuh sekitar 70.000 orang.

Tiga hari setelah itu, pada 9 Agustus 1945, Fat Man diterbangkan dari Tinian menuju Nagasaki dan dijatuhkan di ketinggian 500 meter. Bom ini menewaskan 40.000 orang dalam sekejap.

Pada bulan Oktober di tahun yang sama, Oppenheimer kemudian mengundurkan diri dari jabatannya di proyek Manhattan.

Penyesalan Oppenheimer

Para ilmuwan yang terlibat dalam proyek Manhattan pada dasarnya memiliki motivasi untuk menciptakan perdamaian dan menjaga kedaulatan negaranya.

Demikian juga dengan Oppenheimer, melansir dari BBC, setelah melihat daya ledak saat uji coba bom atom buatannya di Mexico pada Juli 1945, ia berucap "Saya teringat dengan kalimat di kitab Hindu, Bhagavad-Gita...'Sekarang saya menjadi kematian, sang penghancur dunia'."

Ungkapan itu diucapkan Oppenheimer karena ketakutan dan kegelisahannya jika senjata tersebut dijadikan alat perang Amerika.

Setelah penjatuhan bom di Jepang, pada kisaran bulan Oktober 1945, Oppenheimer bertamu kepada Truman yang kala itu telah menjadi Presiden Amerika Serikat.

Dalam pertemuan itu, ia berujar bahwa tangannya telah berlumuran darah. Ia merasa bersalah atas tingginya angka kematian akibat bom buatannya.

Sebagai buntut dari penyesalan Oppenheimer, ia juga menentang pengembangan bom hidrogen.

Akhir hidup

Pada 1953, ia diisukan memiliki hubungan dengan komunis yang membuat dirinya dikucilkan oleh pemerintah Amerika Serikat dan dianggap berkhianat.

Meskipun demikian, pada 1963, ia diberi penghargaan Enrico Farmi oleh lembaga Atomic Energy Commission atas kontribusinya dalam pengembangan atom.

Tiga tahun setelah pemberian penghargaan, Oppenheimer mengidap sakit kanker tenggorokan hingga meninggal pada 17 Februari 1967. 

https://www.kompas.com/stori/read/2023/07/03/180000079/oppenheimer-pencipta-bom-atom-amerika-yang-menyesali-temuannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke