Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hasil Perlawanan Pangeran Diponegoro

Perlawanan Pangeran Diponegoro dimulai pada 1825 dan berlangsung hingga 1830.

Peperangan yang berlangsung selama lima tahun akhirnya terhenti ketika Pangeran Diponegoro termakan tipu daya Belanda.

Pada Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap setelah menanggapi permintaan Belanda untuk berdamai.

Lantas, bagaimana hasil perlawanan Pangeran Diponegoro?

Hasil perlawanan Pangeran Diponegoro

Alasan Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan termuat dalam memoar Pangeran Diponegoro dan analisis para sejarawan.

Secara umum, berikut ini beberapa penyebab Perang Diponegoro.

  • Campur tangan Belanda dalam kehidupan Keraton Yogyakarta
  • Beban ekonomi rakyat akibat pajak-pajak Belanda
  • Adanya pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan

Di samping itu, ada sebab khusus Perang Diponegoro, yakni pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo.

Karena sebab-sebab tersebut, Perang Diponegoro pecah pada 20 Juli 1825 di Yogyakarta, yang kemudian meluas hampir ke seluruh Pulau Jawa karena banyak yang mendukung Pangeran Diponegoro.

Pangeran Diponegoro memimpin sendiri pasukannya untuk melawan belanda secara gerilya.

Kemenangan demi kemenangan pun diraih oleh pasukan Pangeran Diponegoro.

Sebaliknya, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal de Kock terus mengalami kegagalan dalam melumpuhkan Pangeran Diponegoro.

Kegagalan Jenderal de Kock dalam menumpas pemberontakan Pangeran Diponegoro pun mendapat kritik dari para residen Belanda, karena sangat merugikan dari segi psikologis, politis, dan ekonomis.

Operasi Jenderal de Kock mulai membuahkan hasil setelah menerapkan strategi Benteng Stelsel dan memperdaya Pangeran Diponegoro.

Karena termakan bujukan Jenderal de Kock yang mengaku ingin berdamai, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan hingga akhir hayatnya di Benteng Rotterdam, Makassar.

Dampak Perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun begitu luar biasa, baik bagi Belanda maupun Indonesia.

Vlekke mencatat, hampir 15.000 serdadu tewas, di mana 8.000 di antaranya merupakan orang Eropa dan 7.000 lainnya adalah pasukan pribumi.

Di samping itu, terdapat 200.000 orang Jawa menjadi korban perang yang tewas karena penyakit dan kelaparan.

Kekalahan Pangeran Diponegoro menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa
Setelah Perang Diponegoro, raja dan bupati Jawa tunduk kepada Belanda, kecuali Bupati Ponorogo Warok Brotodiningrat III.

Selain itu, terdapat dampak positif Perang Diponegoro bagi bangsa Indonesia.

Hasil perlawanan Pangeran Diponegoro adalah terkurasnya kas Belanda karena digunakan untuk membiayai perang.

Selama lima tahun, Jenderal de Kock melakukan berbagai cara untuk mematahkan kekuatan Pangeran Diponegoro yang didukung oleh sekitar setengah juta orang di Jawa.

Biaya yang dikeluarkan untuk operasi-operasi yang dilancarkan Jenderal de Kock bahkan membuat Belanda mengalami krisis ekonomi.

Sayangnya, krisis yang dialami Belanda kembali berdampak pada penderitaan rakyat Indonesia.

Pasalnya, untuk mengembalikan kondisi keuangannya selepas krisis usai Perang Jawa, Belanda menerapkan kebijakan sistem tanam paksa, yang sangat menyengsarakan rakyat pribumi.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/25/090000479/hasil-perlawanan-pangeran-diponegoro

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke