Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Candi Asu: Sejarah Penamaan, Letak, dan Fungsinya

Candi yang terletak di lereng Gunung Merapi sisi barat ini merupakan candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang menjadi bagian dari Kompleks Candi Sengi.

Candi Asu dibangun pada abad ke-9, ketika Mataram Kuno diperintah oleh Raja Dyah Lokapala atau Rakai Kayuwangi.

Penamaan candi ini kerap menimbulkan pertanyaan karena kata asu dalam bahasa Jawa berarti anjing, yang terkadang dilontarkan sebagai umpatan.

Berikut sejarah Candi Asu dan asal-usul penamaannya.

Kapan Candi Asu dibangun?

Masa pendirian Candi Asu dapat diketahui dari prasasti yang ditemukan di sekitarnya, yakni Prasasti Sri Manggala II, Kurambitan I dan Kurambitan II.

Ketiga prasasti itu menyebut tentang keberadaan Dharmma di Salingsingan.

Prasasti lain yang menyebut tentang Dharmma di Salingsingan adalah Prasasti Salingsingan yang berangka tahun 802 Saka atau 880 Masehi.

Pada tahun 880, raja yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno adalah Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.

Berdasarkan data-data tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa Candi Asu dibangun pada abad ke-9, di masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.

Kenapa dinamai Candi Asu?

Penamaan Candi Asu berasal dari masyarakat sekitar, karena nama asli bangunan ini tidak pernah diketahui.

Saat Candi Asu ditemukan, di dekatnya terdapat arca lembu nandi yang sudah rusak, sehingga bentuknya terlihat menyerupai anjing atau dalam bahasa Jawa disebut asu.

Karena itulah, oleh masyarakat sekitar candi ini dinamai Candi Asu.

Di samping itu, ada pula yang berpendapat bahwa namanya adalah Candi Aso berasal dari kata dalam bahasa Jawa, ngaso, yang artinya istirahat.

Sebab, karena letaknya yang berada di tengah-tengah ladang, candi ini kerap digunakan untuk beristirahat oleh penduduk sekitar yang mengolah lahan.

Masyarakat juga kerap menyebut candi ini sebagai Candi Asu Sengi, karena letaknya berada di Kelurahan Sengi.

Fungsi Candi Asu Sengi pada masa lalu

Dari keterangan prasasti-prasasti yang ditemukan di sekitarnya, diperkirakan fungsi Candi Asu Sengi pada masa lalu adalah sebagai tempat suci untuk melakukan pemujaan.

Ukuran Candi Asu tergolong kecil, dengan panjang 7,47 meter dan lebar 7,94 meter.

Saat ini, kondisinya juga tidak utuh lagi, hanya tersisa kaki candi setinggi 2,5 meter dan badan candi setinggi 3,55 meter.

Di bagian kaki Candi Asu terdapat tangga untuk naik ke badan candi. Sayangnya, badan candi bagian atas dan atapnya telah runtuh dan hilang.

Pada kaki candi, terdapat motif hias berupa sulur-suluran, untaian mutiara, dan burung kakak tua, yang sebagian belum selesai dipahat.

Motif sulur juga ditemukan pada tubuh candi bagian bawah.

Referensi:

  • Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. (2013). Candi Indonesia: Seri Jawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/07/235900979/candi-asu-sejarah-penamaan-letak-dan-fungsinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke