Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Kerajaan Ternate dan Tidore Sering Disinggahi Pedagang

Kerajaan Ternate dikenal sebagai kerajaan maritim terkemuka di wilayah timur Indonesia.

Sejak masa Kolonialisme, kerajaan yang berada di wilayah Indonesia Timur, seperti Ternate dan Tidore sudah menjadi incaran para pedagang dari berbagai daerah, bahkan negara berbeda sehingga banyak pedagang yang kerap singgah di sana.

Alasan Kerajaan Ternate dan Tidore sering disinggahi para pedagang karena kedua kesultanan ini merupakan daerah penghasil rempah-rempah.

Kaya akan rempah-rempah

Kerajaan Ternate dan Tidore berdiri pada abad ke-14.

Berdasarkan riwayat, Kerajaan Ternate dan Tidore sangat dikenal dengan kekayaan rempah-rempahnya, seperti pala, lada, dan cengkih.

Oleh karena itu, Kepulauan Maluku juga dijuluki sebagai "The Spicy Island", karena banyaknya rempah-rempah yang dihasilkan, khususnya cengkih dan pala.

Hasil utama Kerajaan Ternate adalah cengkih dan pala yang kemudian membuat arus perdagangan Ternate berkembang di Nusantara ataupun antarbangsa.

Pada masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya, jalur dagang antara Ternate, Hitu, Jawa Timur, dan China sudah mulai berjalan.

Dari situlah para pedagang dari China dan India mengetahui bahwa Maluku ikut dalam perdagangan di Asia Tenggara berkat kekayaan rempah mereka yang berlimpah.

Pada masa itu, umumnya rempah-rempah banyak diperlukan oleh bangsa Eropa sehingga para pedagang pun singgah di Kerajaan Ternate dan Tidore.

Pada pertengahan abad ke-15, kegiatan perdagangan di Maluku semakin lama semakin berkembang.

Para pedagang dari berbagai wilayah dan negara terus berdatangan, seperti dari Jawa, Melayu, Arab, dan China yang datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah.

Sementara itu, para pedagang tersebut datang dengan membawa beras, tenunan, perak, gading, dan berbagai barang lainnya.

Lambat laun, Ternate pun tumbuh menjadi kerajaan maritim yang besar di Indonesia Timur, yang juga didukung dengan letaknya yang strategis sehingga banyak disinggahi para pedagang.

Kehadiran bangsa Portugis di Maluku

Bangsa Eropa yang pertama kali sampai di Maluku adalah Portugis pada 1512.

Waktu itu, tiga kapal yang dipimpin oleh Kapten Antonio de Abreu dikirim ke Maluku dengan tujuan memonopoli perdagangan rempah-rempah, khususnya cengkih dan pala.

Awalnya, kedatangan bangsa Portugis di Ternate mendapat sambutan yang baik dari Raja Ternate, Sultan Aby Lais yang tujuannya untuk membantu mereka melawan Kerajaan Tidore.

Bahkan, Sultan Aby Lais juga berjanji akan memberikan cengkih bagi Portugis setiap tahunnya, dengan syarat dibangun sebuah benteng di Pulau Ternate.

Akan tetapi, hubungan dagang mereka baru dapat dirintis oleh Antonio de Brito bersam Sultan Kaicili Abu Hayat yang waktu itu masih belia.

Pihak Ternate pun merasa ragu mengizinkan De Brito mendirikan benteng Portugis pertama di Ternate bernama Benteng Sao Paulo atau Benteng Gamalama yang selesai dibangun tahun 1522.

Sejak 1522, hubungan dagang antara Portugis dan Ternate mulai terjalin, khususnya cengkih.

Akan tetapi, dalam perkembangannya, terjadi konflik antara kedua belah pihak karena Portugis hendak mendominasi Ternate.

Pada saat sama, Portugis juga ikut campur dalam urusan dalam negeri kerajaan yang membuat rakyat Ternate resah.

Buntut dari konflik tersebut adalah terjadinya peperangan besar antara Portugis dan Ternate.

Pada akhirnya, Portugis meninggalkan Maluku pada 1605 M.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1977). Sejarah Daerah Maluku. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/10/183000279/alasan-kerajaan-ternate-dan-tidore-sering-disinggahi-pedagang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke