Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Flu Spanyol, Pandemi Paling Mematikan pada Abad ke-20

Pandemi paling mematikan pada abad ke-20 ini menginfeksi lebih dari 500 juta orang di dunia, atau satu per tiga populasi dunia saat itu.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention atau CDC), penyebab Flu Spanyol adalah virus H1N1.

Ketika Flu Spanyol selesai pada 1920, diperkirakan sebanyak 50 juta orang dari berbagai negara di dunia tewas akibat terjangkit virus.

Penyebab Flu Spanyol

Penyebab Flu Spanyol adalah virus H1N1. Namun, tidak diketahui secara pasti jenis dan dari mana asalnya.

Flu Spanyol gelombang pertama yang menyerang pada awal 1918 tergolong ringan.

Para penderita, yang mengalami gejala seperti influenza biasa, yakni demam dan kelelahan, umumnya sembuh dalam beberapa hari. Tingkat kematian juga terbilang rendah.

Wabah ini pertama kali ditemukan menginfeksi warga Amerika Serikat pada Januari 1918.

Penyebaran wabah menjadi mudah akibat Perang Dunia I, di mana Perancis, Inggris, Italia, Spanyol, dan Rusia, menjadi target selanjutnya.

Pada bulan Mei, wabah diduga telah menginfeksi seluruh dunia, setelah kasus yang sama juga dilaporkan terjadi di Afrika Utara, India, Jepang, China, dan Asia Tenggara.

Meski korban telah berjatuhan dan mengganggu Perang Dunia I, pada kuartal pertama 1918, belum dilaporkan adanya karantina.

Kenapa Flu Spanyol mematikan?

Pada paruh kedua 1918, gelombang kedua dimulai, yang menyebabkan banyak kematian dalam waktu singkat.

Gejalanya pun berbeda dari gelombang pertama, di mana kulit para penderita berubah kebiruan dan dalam hitungan jam setelah terjangkit virus, paru-paru mereka telah dipenuhi cairan, yang mengakibatkan sesak napas hingga berujung pada kematian.

Penyebab Flu Spanyol menjadi mematikan adalah karena virus telah bermutasi, yang kemudian mudah menyebar akibat gerakan para pasukan Perang Dunia I.

Sedangkan pada masa itu, belum ada vaksin influenza dan antibiotik untuk mengobati infeksi, yang membuat pasien tidak tertolong.

Namun, hingga Flu Spanyol berakhir, tidak diketahui secara pasti bagaimana wabah meluas dalam waktu cepat hingga menyebabkan banyak kematian.

Mengapa disebut Flu Spanyol?

Wabah flu 1918 pertama kali menjangkit penduduk Amerika Serikat (AS), tetapi masyarakat dunia lebih mengenal pandemi ini sebagai Flu Spanyol.

Selama Perang Dunia I, Spanyol adalah negara netral, di mana medianya dengan bebas meliput berita, termasuk berita perang dan perkembangan wabah.

Spanyol baru melaporkan kasus pertama terjadi di Madrid pada akhir Mei 1918.

Meski AS telah terjangkit sejak Januari 1918, tetapi saat itu negara-negara Sekutu dan Blok Sentral memberlakukan sensor terhadap pemberitaan wabah agar posisi negaranya dalam perang tidak terganggu.

Karena Spanyol menjadi satu-satunya sumber berita terkait wabah, penduduk dunia pun menganggap virus tersebut berasal dari Spanyol.

Sedangkan Spanyol sendiri percaya wabah ini berasal dari Perancis dan menyebutnya sebagai Flu Perancis.

Selain itu, Spanyol menjadi negara di Eropa yang terdampak paling parah akibat wabah ini.

Wabah Flu Spanyol menyebabkan keruntuhan pemerintahan dan penduduk Spanyol, bahkan rajanya saat itu, Alfonso XIII, juga dilaporkan terkena penyakit ini.

Terlepas dari namanya, terdapat beberapa teori terkait asal virus H1N1 yang menyebabkan Flu Spanyol.

Sebagian meyakini bahwa virus ini berasal dari Amerika Serikat, karena penduduk negara ini yang pertama kali dilaporkan terkena penyakit ini.

Namun, ada pula yang percaya bahwa wabah Flu Spanyol berasal dari Eropa, bahkan China.

Pada masa itu, vaksin influenza dan antibiotik yang efektif mengobati infeksi juga belum ada.

Ketika jumlah pasien membengkak, sekolah dan rumah-rumah penduduk beralih fungsi sebagai tempat isolasi dan karantina para penderita.

Selain itu, upaya pengendalian juga dilakukan dengan cara menjaga kebersihan pribadi, pembatasan pertemuan publik, dan penggunaan desinfektan yang belum merata.

Bagaimana Flu Spanyol bisa selesai?

Pada musim panas 1919, pandemi mulai mereda. Hal ini bukan berkat peran obat, tetapi mereka yang terinfeksi telah membentuk kekebalan atau meninggal.

Kematian paling tinggi akibat Flu Spanyol terjadi pada kelompok usia belia, yaitu yang berusia kurang dari 5 tahun.

Tingkat kematian yang tinggi juga terjadi pada anak muda yang sehat, dengan kelompok usia 20-40 tahun. Itulah mengapa, banyak prajurit Perang Dunia I yang menjadi korban.

Bahkan faktanya, lebih banyak tentara AS yang meninggal karena Flu Spanyol daripada yang tewas dalam pertempuran selama Perang Duni I.

Korban tewas akibat flu Spanyol diperkirakan antara 20 juta hingga 50 juta dari seluruh dunia,
Perkiraan lain bahkan mencapai 100 juta korban, atau sekitar 3 persen dari populasi dunia saat itu.

Jumlah pasti korban Flu Spanyol tidak diketahui, karena kurangnya fasilitas rekam medis saat itu.

Namun yang pasti, hanya sedikit wilayah di dunia saat itu yang tidak tersentuh Flu Spanyol.

Flu Spanyol juga sampai ke Indonesia, yang saat itu masih di bawah jajahan Belanda. Korban di Indonesia akibat Flu Spanyol diperkirakan mencapai 1,5 juta jiwa.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/29/210000879/sejarah-flu-spanyol-pandemi-paling-mematikan-pada-abad-ke-20

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke