Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Demonstrasi Tiananmen, Unjuk Rasa di China yang Berujung Pembantaian

Protes besar-besaran ini dilakukan untuk menuntut adanya demokrasi, kebebasan berbicara, dan kebebasan pers di China.

Pada pertengahan Mei 1989, jumlah demonstran telah mencapai puluhan ribu orang, yang berkumpul di Lapangan Tiananmen, Beijing.

Demonstrasi Tiananmen baru berhenti pada 5 Juni 1989, setelah pemerintah China melancarkan tindakan berdarah yang dikenal sebagai peristiwa Pembantaian Tiananmen.

Latar belakang

Demonstrasi Tiananmen dilatarbelakangi oleh rasa frustrasi akibat pembatasan kebebasan politik serta krisis ekonomi yang terjadi di China kala itu.

Pasalnya, China merupakan negara dengan sistem satu partai, dengan Partai Komunis, memegang kendali pemerintahan.

Meski pemerintah China telah merencanakan sejumlah reformasi pada 1980-an, yang menerapkan kapitalisme terbatas, orang miskin dan kelas pekerja China masih menghadapi kesulitan.

Umumnya akibat kurangnya lapangan pekerjaan yang kemudian berdampak pada peningkatan kemiskinan.

Para pelajar juga berpendapat bahwa sistem pendidikan di China kurang dalam mempersiapkan mereka untuk berdamai dengan sistem ekonomi pasar bebas.

Hal-hal inilah yang kemudian memicu terjadinya Demonstrasi Tiananmen, yang berlangsung dari 15 April hingga 5 Juni 1989.

Demonstrasi hingga mogok makan

Setelah kematian Hu Yaobang, para pengunjuk rasa pro-demokrasi yang mayoritas adalah mahasiswa, memulai aksi dengan berjalan di sepanjang Beijing ke Lapangan Tiananmen.

Hu Yaobang adalah mantan pemimpin Partai Komunis, yang sempat berupaya memperkenalkan reformasi demokrasi di China.

Sepeninggal Hu Yaobang, para mahasiswa menyerukan pemerintahan yang lebih terbuka dan demokratis.

Aksi mahasiswa di Lapangan Tiananmen ini kemudian membesar, di mana ribuan orang di Beijing turut ambil bagian dalam demonstrasi. Pada pertengahan Mei 1989, jumlah demonstran telah mencapai puluhan ribu orang.

Beberapa pemimpin dalam pemerintahan China bersimpati kepada para pengunjuk rasa, sementara yang lain melihat aksi ini sebagai ancaman politik.

Kemudian, pada 13 Mei 1989, sejumlah mahasiswa memprakarsai aksi mogok makan, yang juga bagian dari bentuk protes mereka terhadap pemerintah.

Aksi mogok makan ini meluas ke seluruh China, yang membuat pemerintah semakin terganggu karena saat itu ada kunjungan Perdana Menteri Mikhail Gorbachev dari Uni Soviet.

Awalnya, upacara penyambutan Gorbachev pada 15 Mei akan dilakukan di Lapangan Tiananmen.

Namun, karena Lapangan Tiananmen dipenuhi oleh para demonstran, upacara penyambutan pun diadakan di bandara.

Menanggapi tindakan demonstran, pemerintah China mengumumkan darurat militer dan mengirim sebanyak 250.000 tentara China pada 20 Mei.

Kendati demikian, para pengunjuk rasa tidak gentar. Sampai akhir Mei, lebih dari satu juta pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Tiananmen setiap harinya.

Pembantaian Tiananmen

Karena aksi protes gagal dipadamkan oleh tentara yang diterjunkan, pemerintah China memutuskan untuk meningkatkan agresi mereka.

Pada 4 Juni 1989 dini hari, tentara dan polisi China menyerbu Lapangan Tiananmen dan menembakkan peluru ke arah kerumunan.

Ribuan pengunjuk rasa pun berusaha untuk menyelamatkan diri, tetapi ada juga yang berusaha melawan balik dengan batu dan membakar kendaraan militer pemerintah.

Diperkirakan ribuan pengunjuk rasa tewas dalam Pembantaian Tiananmen dan sebanyak 10.000 orang lainnya ditangkap.

Kurang dari sebulan, Kongres Amerika Serikat memutuskan untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap China, yang dianggap telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Hingga kini, Pembantaian Tiananmen menjadi isu yang dikontrol ketat oleh pemerintah China.

Kendati demikian, setiap 10 tahun, tragedi berdarah ini terus diperingati oleh orang-orang China dan Hong Kong.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/14/110000679/demonstrasi-tiananmen-unjuk-rasa-di-china-yang-berujung-pembantaian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke