Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjuangan Sultan Agung di Batavia

Selama berkuasa, tahun 1613 hingga 1645, Mataram telah berkembang menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling dihormati di Nusantara.

Sultan Agung telah banyak berjuang untuk Kesultanan Mataram, salah satu perjuangannya adalah ketika ia menyerang Batavia yang saat itu dikuasai oleh JP Coen, Gubernur Jenderal VOC tahun 1628. 

Pertempuran keduanya digambarkan dengan detail dalam karya lukis milik S Sudjojono yang dipamerkan dalam acara Pameran Mukti Negeriku, Sabtu (28/8/2021).

Dalam konferensi pers, Jumat (27/8/2021), kurator Pameran Mukti Negeriku Santy Saptari mengatakan bahwa menurut Sudjojono ia ingin menceritakan dua figur yang sangat penting, yaitu Sultan Agung dan JP Coen.

Menurut Sudjojono, keduanya merupakan tokoh kuat dengan kepribadian luar biasa, yang memiliki kepentingan membela negaranya masing-masing. 

Sultan Agung kemudian melakukan serangan pertamanya pada 1628. Namun, mengalami kegagalan, sehingga ia kembali melakukan serangan kedua tahun 1629. 

Awal Mula Pertempuran

VOC mengirimkan dutanya untuk mengajak Sultan Agung agar mengizinkan VOC mendirikan loji-loji dagang di pantai Utara Mataram.

Namun, hal ini ditolak oleh Sultan Agung karena jika diizinkan maka ekonomi di pantai Utara akan dikuasai oleh VOC.

Penolakan ini kemudian membuat hubungan keduanya merenggang.

Pada 1619, VOC berhasil merebut Jayakarta, wilayah yang belum dikuasai Mataram, dan diubah namanya menjadi Batavia.

Markas VOC pun dipindahkan ke Batavia.

Melihat kekuatan dan maskapai dagang Belanda membuat Sultan Agung mulai berpikir untuk memanfaatkan VOC dalam persaingannya menghadapi Surabaya dan Kesultanan Banten.

Usai berhasil menguasai Surabaya, Banten menjadi sasaran selanjutnya.

Namun, posisi Batavia yang saat itu menjadi penghalang perlu lebih dulu diatasi oleh Mataram.

Pada April 1628, Kyai Rangga, Bupati Tegal, dikirim sebagai duta ke Batavia. 

Gambaran pertemuan Kyai Rangga dengan JP Coen dapat dilihat melalui lukisan S Sudjojono yang ditunjukkan dalam acara konferensi pers Pameran Mukti Negeriku! Jumat (27/8/2021). 

Sudjojono telah menggambarkan pertemuan mereka dengan sangat detail, mulai dari pakaian, bentuk tangan, wajah, hingga situasinya. 

Maria Sudjojono mengatakan ayahnya adalah seorang yang sangat detail, sebelum mulai melukis, Sudjojono akan melalukan riset terlebih dahulu, sehingga hasil lukisannya akan sesuai dengan fakta yang ada. 

Pertempuran Pertama

"Pada panel ketiga, Sudjojono ini menggambarkan pertemuan JP Coen dengan Kyai Rangga yang merupakan utusan Sultan Agung untuk berunding dengan membawa beras. Namun, perundingan ini ditolak oleh JP Coen yang menyebabkan pertempuran tersebut", kata Santy, operator Pameran Mukti Negeriku.

Menggunakan Armada Bahureksa, pasukan Mataram membawa 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa, dan 12.000 karung beras.

Pihak Mataram mengatakan bahwa mereka ingin berdagang di Batavia. Namun, pihak Belanda mulai curiga.

Tiga hari kemudian, tujuh kapal Mataram kembali muncul, dengan alasan minta surat jalan dari pihak Belanda agar dapat berlayar ke Melaka. 

Sore harinya, sekitar 20 kapal Mataram menurunkan pasukannya di depan kastil. Belanda pun terkejut dan bergegas masuk ke benteng kecil.

Pasukan Mataram kemudian dihujani tembakan dari kastil.

Tanggal 25 Agustus 1628, 27 kapal Mataram lagi masuk teluk, mereka telah menyatakan dengan jelas keinginannya untuk menyerang Belanda.

Esok harinya, terhitung 1.000 prajurit Mataram memasang kuda-kuda di depan Batavia. Tanggal 27 Agustus pasukan Mataram menyerang benteng kecil di sebelah tenggara kota. 

Sempat unggul dari Belanda, pasukan Mataram mulai mengalami kehancuran karena kurang perbekalan. 

Serangan Kedua

Pada Mei 1629, Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya. Total prajurit yang dibawa adalah 14.000 orang.

Setelah kegagalan pertama, pasukan Mataram sudah berantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras tersembunyi di Karawang dan Cirebon. 

Namun, VOC berhasil menemukan mereka dan memusnahkan semuanya. 

Pada akhirnya, karena kurang perbekalan, ditambah wabah penyakit malaria dan kolera, kekuatan pasukan Mataram melemah. 

Walaupun kembali gagal dalam serangan kedua, Sultan Agung berhasil mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera di Batavia.

JP Coen pun menjadi korban karena wabah tersebut. 

 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/31/100000979/perjuangan-sultan-agung-di-batavia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke