Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Maulana Muhammad, Raja Termuda Kesultanan Banten

Namun, ia baru secara resmi menjalankan pemerintahan mulai tahun 1585 M.

Sebab, saat Maulana Muhammad diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya, Sultan Maulana Yusuf, usianya baru sembilan tahun. Ini membuat Maulana Muhammad raja termuda sepanjang Kesultanan Banten.

Untuk sementara waktu roda pemerintahan dijalankan oleh Pangeran Arya Jepara, pamannya.

Setelah dewasa, Sultan Maulana Muhammad resmi memerintah Banten.

Selama Sultan Maulana Muhammad dikenal sebagai raja yang saleh dan memiliki perhatian tinggi terhadap ilmu-ilmu agama.

Pencapaian Maulana Muhammad

Setelah resmi menjadi raja, Sultan Maulana Muhammad bercita-cita untuk memakmurkan Banten dan menyebarkan Islam ke seluruh nusantara.

Oleh karena itu, peranan dan pencapaiannya lebih banyak terpusat dalam bidang spiritual.

Sebagai sultan yang dikenal taat beragama, Sultan Maulana Muhammad banyak mengarang kitab-kitab agama dan membagikannya ke masjid-masjid serta kepada orang yang membutuhkan.

Karakternya itu sedikit banyak dibentuk oleh sang guru, Kiai Dukuh atau Syaikh Muhammad Madani Syah.

Kiai Dukuh berasal dari Madinah, yang sebelum menetap di Kasunyatan pernah tinggal di Minangkabau.

Sultan Maulana Muhammad juga membangun banyak masjid hingga ke pelosok-pelosok.

Sementara Masjid Agung yang dibangun oleh kakeknya, Sultan Maulana Hasanuddin, diperbaiki dan diperindah dengan melapisi temboknya menggunakan porselen dan tiangnya dari cendana.

Untuk keperluan shalat perempuan, sultan menyediakan tempat khusus yang disebut pawestren atau pawadonan.

Ketika shalat Jumat ataupun pada hari raya, Sultan Maulana Muhammad selalu menjadi imam dan khatib.

Meski sultan memusatkan perhatiannya pada kegiatan keagamaan, kondisi keuangan kerajaan sangat baik.

Pada masa itu, sumber penghasilan kerajaan tergantung pada aktivitas perdagangan, yang telah berkembang pesat sejak periode pemerintahan pendahulunya.

Ekspansi ke Palembang dan akhir hidup

Bagi Sultan Maulana Muhammad, ekspansi ke Palembang lebih dimaksudkan untuk menyebarkan Islam.

Terlebih lagi, ia mendengar masih banyak masyarakat Palembang yang belum memeluk Islam.

Mengetahui cita-cita sultan, Pangeran Mas yang merupakan cucu Sunan Prawoto dari Demak, mengeluarkan argumen-argumennya agar Banten segera menyerang Palembang.

Palembang dulunya adalah wilayah kekuasaan Demak yang berhasil melepaskan diri.

Pangeran Mas berargumen, apabila Palembang ditaklukkan, maka Banten juga akan memperoleh keuntungan dari lada yang menjadi hasil pertanian daerah tersebut.

Dengan segala informasi yang didapatkannya, Sultan Maulana Muhammad pun terdorong untuk menaklukkan Palembang.

Setibanya di Palembang, pertempuran hebat pecah di Sungai Musi selama berhari-hari.

Saat Banten hampir memenangkan pertempuran, Sultan Maulana Muhammad tewas terkena tembakan.

Pada akhirnya, penyerangan tidak dilanjutkan dan pasukan Banten kembali tanpa hasil.

Sultan Maulana Muhammad wafat pada usia yang masih sangat muda, yakni 25 tahun.

Ia meninggalkan putra yang baru berusia lima bulan dari permaisurinya, Ratu Wanagiri.

Sultan Maulana Muhammad kemudian diberi gelar Pangeran Seda Ing Palembang atau Pangeran Seda Ing Rana dan dimakamkan di serambi Masjid Agung Banten.

Referensi:

  • Maftuh. (2015). Islam pada Masa Kesultanan Banten: Perspektif Sosio-Historis. ALQALAM, Vol 32, No 1, Januari-Juni: 83-115.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/22/120000579/maulana-muhammad-raja-termuda-kesultanan-banten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke