Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Zaman Mesolitikum Akhir: Kehidupan Sosial, Kepercayaan, dan Peralatan

Pada Zaman Mesolitikum Akhir, masyarakatnya mulai mengenal tradisi bercocok tanam.

Oleh karena itu, corak kehidupan pada Zaman Mesolitikum Akhir adalah bercocok tanam dan menetap.

Cara bercocok tanam yang dikenal manusia purba pada periode ini masih dalam bentuk pertanian yang sangat sederhana.

Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian, dan biji-bijian.

Mereka melihat biji-bijian sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah tersiram air hujan.

Pelajaran inilah yang kemudian mendorong manusia purba untuk bercocok tanam.

Cara ini masih tergolong sederhana karena tidak dilakukan pengairan dan pembajakan lahan.

Masa bercocok tanam yang kira-kira terjadi 9.000 tahun sebelum masehi ini dianggap sebagai bentuk pertanian yang tertua di dunia.

Dengan adanya kemampuan menghasilkan makanan atau food producing, masyarakatnya sudah hidup menetap seperti di gua-gua dekat pantai, sungai, dan tempat-tempat yang dekat dengan sumber air.

Ketika lahan dirasakan sudah tidak subur lagi, maka lahan itu akan ditinggalkan.

Hal inilah yang mendorong mereka untuk pindah mencari tempat tinggal baru untuk ditanami.

Sistem bercocok tanam secara berpindah ini disebut juga bergumah.

Pada periode ini kegiatan berburu dan meramu masih dilakukan, tetapi tidak sesering sebelumnya.

Kehidupan sosial

Pada masa berladang, sebagian manusia purba mulai menempati rumah-rumah dari kayu yang sifatnya semi permanen.

Selain itu, masyarakatnya diduga telah mengenal sistem organisasi sosial dan pembagian kerja.

Hal ini didorong oleh pertambahan penduduk karena munculnya anggapan bahwa jumlah anggota keluarga yang banyak akan lebih menguntungkan karena dapat dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan sehari-hari.

Sistem kepercayaan

Pada Zaman Mesolitikum Akhir, masyarakatnya sudah mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang.

Hal ini tergambar dari lukisan-lukisan di dinding-dinding gua atau karang.

Lukisan cap tangan dengan latar belakang cat merah mungkin mengandung arti kekuatan atau lambang kekuatan pelindung untuk mencegah roh jahat.

Alat-alat yang digunakan

Beliung persegi

Beliung persegi berbentuk seperti cangkul dan terbuat dari batuan kalsedon, agat, dan juspis.

Kapak genggam Sumatera

Kapak genggam Sumatera atau diberi nama pebble berbeda dari kapak genggam dari periode Paleolitikum.

Alat ini juga mengacu pada hasil kebudayaan yang berkembang sebelum masa Neolitik.

Mata panah

Mata panah ini terbuat dari tulang yang digunakan untuk berburu, memanah, dan menangkap ikan.

Gerabah

Kekosongan waktu antara waktu menanam dan panen memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan di luar pertanian, seperti contohnya menciptakan alat yang bisa digunakan untuk wadah menyimpan hasil pertanian.

Mereka mulai mengenal wadah yang dibuat dari tanah liat atau gerabah serta keranjang dari anyaman.

Gerabah yang dibuat pada periode ini masih sangat kasar dan sederhana.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/12/144702179/zaman-mesolitikum-akhir-kehidupan-sosial-kepercayaan-dan-peralatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke