Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ikhwanul Muslimin: Sejarah, Perkembangan, dan Pengaruh di Indonesia

Gerakan yang didirikan oleh Hassan Al-Banna pada 1928 ini pada awalnya dimaksudkan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam.

Namun dalam perkembangannya, ajaran Ikhwanul Muslimin menyebar ke luar Mesir dan tumbuh menjadi gerakan politik karena ingin mengakhiri kendali kolonial Inggris dan memusnahkan segala pengaruh Barat.

Tujuan organisasi ini adalah membentuk negara yang diatur oleh humuk Syariah, dengan slogan "Islam adalah solusi".

Ikhwanul Muslimin mampu menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, lewat aktivitas politik yang dipadukan dengan kegiatan amal.

Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi di Mesir yang mempelopori pemberian dukungan bangsa Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia.

Sejarah dan perkembangan

Ikhwanul Muslimin yang berarti “saudara-saudara Muslim“ didirikan di Kota Ismailiyah, Mesir, pada 1928 oleh Hassan Al-Banna dengan nama Jam’iyat Al-Ikhwan al-Muslimin.

Saat itu, Hassan Al-Banna didukung oleh enam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi.

Enam tokoh tersebut ingin mendedikasikan hidup dan menawarkan kekayaan mereka untuk kepentingan organisasi.

Masa perkembangan Ikhwanul Muslimin dapat dikelompokkan ke dalam beberapa fase, sebagai berikut.

Fase Perintisan (1928-1932)

Pada fase awal ini, konsentrasi Ikhwanul Muslimin lebih tertuju pada gerakan dakwah yang universal, tidak terbatas pada kaum muslim.

Hassan Al-Banna dan enam tokoh lainnya kemudian mendirikan kantor pusat, madrasah tandzib, berbagai sekolah ma’had, forum kajian dan ceramah, penerbitan majalah al-Fath, serta beberapa cabang.

Saat Menteri Pendidikan memindahkan pusat Ikhwanul Muslimin ke Kairo, gerakannya semakin menyebar ke seluruh mesir.

Fase Pembinaan dan Perkembangan (1932-1939)

Pada fase ini, Hassan Al-Banna mulai menulis surat kepada raja, perdana menteri, dan penguasa Arab lainnya, untuk mendorong mereka mempromosikan tatanan Islam.

Dua tahun berselang, ia kembali menyeru kepada raja untuk membubarkan partai-partai politik di Mesir yang dianggap korupsi dan berdampak memecah belah negara.

Fase Pembinaan dan perjuangan (1939-1952)

Ikhwanul Muslimin memanfaatkan Perang Dunia II untuk mengokohkan usaha dan menyempurnakan kekuatan mereka.

Termasuk turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina pada 1948.

Tak berselang lama, organisasi ini menjadi gerakan yang sangat fenomenal di kawasan Timur Tengah dan telah menyebar ke Suriah, Sudan, Yordania, Kuwait, serta beberapa negara lainnya.

Para anggotanya aktif memasarkan ideologi Ikhwanul Muslimin kepada rekan, sejawat, kolega, saudara, dan bahkan pada orang yang baru dikenal.

Pada 1949, Hassan Al-Banna meninggal dunia setelah dibunuh secara misterius.

Satu tahun berselang, pemerintah Mesir merehabilitasi Ikhwanul Muslimin, yang kala itu telah dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi.

Masa Revolusi (1952-1954)

Ikhwanul Muslimin fokus pada gerakan revolusi untuk mengusut kematian Hassan Al-Banna. Mereka juga kerap bergesekan dengan pemerintah Mesir karena perbedaan pandangan.

Pada 1954, Ikhwanul Muslimin mempunyai tujuan edukatif-politis.

Mereka menjadikan kegiatan politik sebagai sarana untuk membentuk mobilitas dan target politik tertentu.

Pada 1965, Ikhwanul Muslimin ditumpas pemerintah karena dituding sebagai dalang pembunuhan Presiden Gamal Abdul Nasser.

Berbagai bentrokan dengan aparat diduga mengakibatkan perubahan ideologi dan pada sebagian anggotanya menjadi radikal.

Sebagian pengikutnya pun ditangkap dan dieksekusi, sementara sebagian lainnya melarikan diri ke luar negeri.

Pada 1980-an, Ikhwanul Muslimin kembali menjadi organisasi Islam terbesar dan terkuat.

Organisasi ini juga berupaya kembali masuk ke politik dan menduduki kursi parlemen.

Pemimpin Ikhwanul Muslimin

  • Hassan al-Banna (1928-1949)
  • Hassan al-Hudhaibi (1949-1972)
  • Umar at-Tilmisani (1972-1986)
  • Muhammad Hamid Abu Nasr (1986-1996)
  • Mustafa Masyhur (1996-2002)
  • Ma'mun al-Hudhaibi (2002-2004)
  • Muhammad Mahdi Akif (2004-2010)
  • Muhammad Badi' (2010 - sekarang)

Pengaruh Ikhwanul Muslimin di Indonesia

Ikhwanul Muslimin memiliki andil dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Mesir, juga bangsa Islam lainnya yang dicengkeram imperialis Barat, seperti Palestina dan Indonesia.

Bahkan Mesir menjadi negara pertama yang mengakui secara de facto kemerdekaan RI, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Ikhwanul Muslimin kemudian berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi.

Selain itu, organisasi di Indonesia yang juga terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin adalah Persaudaraan Muslimin Indonesia, Partai Masyumi Baru (1998), Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998), Partai Bulan Bintang (1998), Partai Keadilan (1998), Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001), dan Partai Keadilan Sejahtera (2002).

Referensi:

  • Ulfah, Novi Maria. (2016). Sejarah dan Strategi Dakwah Ikhwanul Muslimin. Jurnal SMaRT, Vol 2, NO 2, Desember: 213-224.
  • Amin, Abdul. (2020). Ikhwanul Muslimin (Tinjauan terhadap Gerakan Dakwah dan Ideologi Radikal). Liwaul Dakwah, Vol 10, No 1, Januari-Juni.
 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/19/153447079/ikhwanul-muslimin-sejarah-perkembangan-dan-pengaruh-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke