MILAN, KOMPAS.com - Sadar atau tidak, saat ini, pengelola stadion-stadion sepak bola di Indonesia mulai gencar mengampanyekan budaya tertib saat pertandingan, contohnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
Bila sedang ada pertandingan sepak bola, para penonton yang datang ke SUGBK pasti akan diimbau untuk menjaga ketertiban, dari mulai berbaris yang rapi saat antre masuk stadion, tidak membawa flare dan smoke bomb, hingga tidak merokok di dalam stadion.
Khusus yang terakhir, kelompok suporter pendukung Persija Jakarta, The Jakmania bahkan mulai gencar mengkampanyekan kesadaran untuk tidak merokok lewat gerakan Tribun Tanpa Asap.
Tujuannya agar pertandingan sepak bola bisa disaksikan oleh siapa saja, tak terkecuali suporter yang ingin membawa anak kecil dan bayi.
Baca juga: Mengelilingi Stadion San Siro di Milan, Ternyata Ini Isi di Dalamnya
Meski belum ditaati sepenuhnya oleh seluruh suporter, imbauan-imbauan positif tersebut diharapkan bisa meningkatkan kesadaran betapa pentingnya menjaga ketertiban demi kenyamanan semua pihak.
Ke depannya, perilaku suporter Indonesia diharapkan bisa mencontoh para suporter di negara-negara maju.
Namun demikian, sebenarnya suporter di negara maju tak sepenuhnya bisa diandalkan dalam hal ketertiban. Contohnya seperti di Stadion Giuseppe Meazza, San Siro, Milan.
Dalam sebuah kegiatan yang diadakan Mola TV di Italia, Kompas.com sempat mengunjungi salah satu stadion legendaris di Eropa itu pada Minggu (19/1/2020).
Baca juga: Milan, Kota dengan Jalanan Sempit, Tanpa JPO, dan Masih Eksisnya Trem
Ketika itu, sedang ada pertandingan pekan ke-20 Serie A Liga Italia antara AC Milan vs Udinese.
Berdasarkan pantauan di lokasi sebelum hingga sesudah pertandingan, cukup banyak perilaku tak tertib yang terjadi di San Siro.
Berikut daftarnya:
1. Aksi Penipuan dan Pemerasan di Luar Stadion
Para pendatang sebaiknya berhati-hati saat baru kali pertama datang ke San Siro di hari pertandingan.
Sebab, bisa jadi Anda menjadi incaran para pelaku penipuan dan pemerasan yang sedang mencari mangsa.
Pengalaman itulah yang sempat dialami Kompas.com dan beberapa wartawan Indonesia yang datang ke San Siro.