Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Rawat Pancasila, Ideologi Hayat-Hidup

Kompas.com - 02/06/2023, 15:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tiap suku memiliki permainan dan olahraga berbahan tanah, air, biji, bambu, kayu, dan buah-buahan dari alam.

Karena itu, Profesor Dr Elijah, dosen sosiologi dan antropologi Universitas Pendidikan Indonesia (2018), menyarankan bahwa pendidikan nilai-nilai asli dan universal Pancasila mesti sejak usia dini.

“Sangat banyak permainan tradisional mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, etno-matematika, kejujuran, latihan fisik, disiplin, tanggungjawab, musyawarah, mufakat, dan patuh aturan tidak tertulis, adalah modal sosial budaya Bangsa kita, yang harus diajarkan sejak usia dini, tanpa mewariskan kapitalisme-liberalisme dengan semangat individualisme dan materi sulit-daur ulang seperti bahan plastik untuk anak-cucu kita, Bangsa Indonesia,” ungkap Elijah.

Dia menyebut contoh permainan tradisional gasing, engklek, basimbang, bakadaro, bekel, bakaraci (NTB), rangkuk-alu (NTT), magemblung, mebatu lima (Bali), balogo, manyipet (Kalimantan), beklen, congklak (Jawa Barat), dan lain-lain. Jenis-jenis permainan dan olahraga tradisional ini mengajarkan nilai-nilai asli dari social-capital Bangsa Indonesia, bukan neo-liberalisme dan individualisme.

Dr Hubert Muda (2018) menyebut contoh kearifan lokal masyarakat Manggarai (Flores): “Tana dedek de Mori Mese, Manggarai tana randang de Mori Ngaran, tana wantil de Mori, nuca lale mbate de mori ame.” Artinya, tanah adalah ciptaan dan titipan dari Tuhan Maha Esa yang mendukung hayat-manusia di Bumi, maka harus selalu kita rawat dan jaga. Misalnya, air dan udara bersih-sehat untuk kita mensyaratkan hutan-hutan sehat-lestari.

Di sisi lain, bangsa Indonesia harus menyaring dan mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui filosofi Pancasila. Revolusi iptek atau revolusi atom harus mampu mewujudkan nilai-nilai Pancasila: perdamaian, kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, persatuan, peradaban, dan sehat-lestari kehidupan di planet Bumi.

UUD 1945 telah menganggarkan 20 persen dari anggaran belanjar negara untuk sektor pendidikan. Kini dan ke depan, pilihan strategis adalah pendidikan sains dan teknologi tanah, air, pohon atau hutan dan gas secara simultan dan berkelanjutan serta kendali pertumbuhan penduduk guna memulihkan dan melestarikan biosfer, atmosfer dan hidrosfer planet bumi.

Kita perlu ingat bahwa pohon-pohon juga memiliki ‘hak hidup-berdiri’; sebab tanpa pohon-pohon atau tumbuhan, sistem hayat manusia berisiko rusak.

Tanah adalah pusat vegetasi; air adalah jenis zat yang dapat masuk ke seluruh unsur alam dan menghidupkan. Maka mulailah kita merawat nilai-nilai kebaikan alam-hayat-tanah, air, tumbuhan atau pohon - guna mewujudkan nilai-nilai asli dan universal Pancasila.

Salam kebangkitan alam Pancasila 1 Juni 2023.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com